Warga UEA Kurangi Belanja Makanan Saat Ramadhan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah

Selasa 19 May 2020 09:52 WIB

Warga UEA Kurangi Belanja Makanan Saat Ramadhan. Supermarket di Dubai, Uni Emirat Arab. Foto: Jaime Puebla / The National Warga UEA Kurangi Belanja Makanan Saat Ramadhan. Supermarket di Dubai, Uni Emirat Arab.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Sebagian besar keluarga di Uni Arab Emirates (UAE) tidak melaksanakan buka puasa bersama dengan mewah karena terjadi pandemi virus corona atau Covid-19. Kebiasaan menyajikan makan besar setelah puasa Ramadhan akan teredam karena banyak keluarga menghadapi masa depan keuangan yang tidak menentu.

Seorang ekspatriat Suriah, Majd Al Khatib mengatakan, moderasi adalah jalan maju ke depan terutama tahun ini. Dia mengaku tidak akan menyiapkan makan besar di rumah karena tidak ada orang yang akan berkunjung.

Baca Juga

"Hanya akan menyiapkan makanan keluarga yang dimasak dalam jumlah yang lebih sedikit. Saya juga akan lebih jarang keluar karena ada banyak pembatasan yang berkaitan dengan aktivitas di keluar," kata Khatib, dilansir dari Khaleej Times, Selasa (19/5).

Ekspatriat India, Farooq Shaikh mengatakan, orang harus lebih bertanggung jawab saat belanja tanpa mengurangi semangat dan kegembiraan bulan ini. Banyak keluarga mengalami pemotongan gaji bulanan.

"Jika kamu menaruh makanan tambahan di atas meja yang mungkin terbuang nantinya, kamu harus mempertimbangkan kembali jumlahnya. Bagi kami, belanja pakaian baru tidak masuk akal tahun ini," ujarnya.

Istri Farooq menambahkan, belanja secara daring sedang tren karena ada penutupan toko-toko. Ramadhan tahun ini lebih sedikit masak dan stok buah-buahan favorit di meja makan untuk buka puasa. Di luar sana banyak buah-buahan tidak tersedia karena keterlambatan pengiriman.

Ekspatriat Mesir, Nora Hakim menyampaikan, berkumpul untuk buka puasa dan sahur bersama kecil kemungkinan terjadi pada Ramadhan tahun ini. "Ini adalah waktu untuk introspeksi dan merenungkan nasib orang-orang yang kurang mampu, orang-orang yang lebih mengalami kerugian akibat pandemi (Covid-19) ini," ujar Nora.