Pengalaman Puasa 20 Jam: Sahur di Laut Arab, Buka di Paris

Red: Israr Itah

Rabu 22 May 2019 05:19 WIB

Masjid Agung Paris Foto: Masjid Agung Paris

Dengan satu tas gendong dan koper kecil, turun naik tangga Metro cukup merepotkan. Tapi tak ada pilihan lagi untuk menghemat ongkos hehe. Sekitar setengah jam atau pukul 16.00 waktu Paris, saya sudah tiba di hotel tempat menginap. Lelah, lapar, dan haus sudah tentu, tapi sudah tanggung. Ada waktu 5,5 jam untuk mencapai waktu berbuka.

Alhamdulillah, tempat saya menginap dekat dengan sebuah masjid. Saya pun berencana menunaikan Shalat Ashar di sana. Hanya sekitar tiga menit berjalan kaki, saya sudah tiba Mosquee l’Olivier di Jalan Allée El-Ouafi-Boughera--nama atlet lari maraton Prancis yang tampil di Olimpiade 1928.

Sayangnya, saya terlambat. Saat tiba, shalat Ashar telah usai. Tapi tak apa, yang penting saya bisa merasakan ibadah di masjid pertama yang saya kunjungi di Paris. 

Masjid ini punya 16 shaf, satu shaf bisa menampung sekitar 20 orang. Jangan bayangkan masjid ini seperti di Indonesia. Tak ada kubah atau apa pun yang mencirikan masjid. Hanya bangunan biasa, tapi sangat bersih di dalamnya. Untuk mengambil wudhu, letaknya di basement. Disediakan sandal bersih bagi jamaah yang menggunakan sepatu.

Seusai shalat, saya mencoba bertahan lebih lama, mencari orang yang mungkin bisa berbahasa Inggris untuk diajak bicara. Sayang, saya tak menemukannya. Alhasil, saya keluar ke berjalan-jalan melihat area di sekeliling masjid dan kembali ke penginapan mencoba beristirahat.

Sayangnya, karena sudah terlalu lelah, mata saya malah sulit terpejam. Terlebih saya tak mau kehilangan momen berbuka puasa di masjid. Kali ini, saya membidik Grande Mosquée de Paris, atau Masjid Agung Paris. Saya ingin melihat suasana berbuka di masjid raya tersebut.

photo
Suasana berbuka di Masjid Agung Paris.

Sekitar 1,5 jam sebelum berbuka saya berangkat. Menurut perhitungan google, saya butuh sekitar 40 menit perjalanan menggunakan Metro ditambah jalan kaki. Singkat cerita, setelah sempat salah masuk jalur dan kebingungan mencari akses masuk, sampai juga kaki saya ke depan pintu masjid yang beralamat di 2bis Place du Puits de l'Ermite, 75005 Paris. (lihat tulisan tentang Masjid Agung Paris di sini)

 

Bayangan saya tentang suasana berbuka yang dipenuhi umat muslim—karena ini masjid agung—ternyata berbeda. Relatif tak banyak umat muslim ada saat berbuka. Dalam hitungan saya, hanya ada sekitar 40-an orang yang berbuka di sana, memanfaatkan makanan gratis yang disediakan pengurus masjid. Ada susu, roti, dan sup kacang. Menurut pantauan saya, jamaah merupakan warga keturunan Afrika, Arab, dan Turki dari wajah dan bahasa yang mereka gunakan. 

Waktu berbuka pun tiba, tak lama setelah saya tiba. Alhamdulillah, saya bisa menjalankan ibadah puasa sepanjang itu dengan kondisi tubuh yang lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Belum lagi harus melawan udara berangin dingin sekitar 15 derajat celcius. Maaf, saya bukan warga Puncak, Bogor yang terbiasa dengan dingin. Berbekal air putih, Kurma Sukari yang saya bawa dari Jakarta, serta omelet dan kentang dari pesawat, saya pun berbuka dengan nikmat.

photo
Suasana berbuka di Masjid Agung Paris

Penerangan masjid yang temaram membuat suasana menjadi tak cukup nyaman untuk saya. Ditambah kesulitan berkomunikasi karena saya tak bisa berbahasa Prancis atau Arab, saya tak hendak berlama-lama. Setelah ikut menjalankan shalat maghrib, saya pun pulang. Berjalan kaki sejauh 800 meter ke stasiun Gare d’Austerlitz, menuruni puluhan anak tangga sebelum naik ke Metro jalur 10. Setelah berganti dengan Metro jalur 9, saya tiba kembali di penginapan sekitar pukul 23.20 waktu setempat.

Alhamdulillah, pengalaman puasa pertama selama 20 jam bisa dilalui dengan baik. Lelah tak terkatakan, kantuk tak tertahankan. Saatnya beristirahat. Doa pun dipanjatkan, semoga puasa esok harinya berjalan dengan lebih lancar dan baik. Aamiin.

 

Terpopuler