REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Terik matahari tak membuat Sakim (32 tahun) merasa kepanasan. Bagaimana tidak, Sakim sedang berada di ruang Ekonomi AC kapal Kapal Motor Penumpang Batu Mandi. Ia sedang berada di kapal yang berangkat dari Pelabuhan Merak, Banten, menuju Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Dalam perjalanannya itu, ia mengaku merasa nyaman. Sembari duduk bersandar di kursi mirip dengan jok mobil, ia memberikan kesannya menaiki angkutan penyeberangan antarpulau itu. "Bagus sih fasilitasnya. Nyaman juga ini kayanya buat dipake mudik," ujar nelayan asal Teluk Betung Timur, Lampung, ini kepada Republika.co.id, Senin (5/6).
Saat berbincang dengan Republika, mata Sakim beberapa kali melihat ke arah lain. Ternyata, ia sedang menonton sebuah film yang ditayangkan oleh pihak kapal. Meski begitu, ia tetap memberikan pernyataannya kepada Republika. Menurutnya, ruangan tempatnya istirahat itu cukup sejuk. Televisi yang terdapat di kapal itu membuatnya tak bosan di perjalanan. "AC-nya sedeng lah, daripada gak pake AC kan?" kata Sakim yang naik kendaraan roda dua dari Jakarta menuju tempat tinggalnya itu.
Di ruangan Sakim istirahat, berdasarkan pantauan Republika, memang terdapat AC dengan suhu yang tidak terlalu dingin. Ada enam televisi yang menyala di ruangan itu, dua di sisi ujung dekat ruang Cafetaria dan empat di sisi seberangnya. Kursi yang diduduki Sakim tak hanya satu itu saja, di ruangan itu terdapat 517 kursi sejenis yang siap diduduki oleh siapapun. Di tengah kursi yang terbagi enam kursi berhadap-hadapan itu terdapat meja kayu berbentuk persegi panjang.
Tak lupa, di sisi-sisi ruangan tersebut terdapat jendela dengan pemandangan laut. Goyangan kapal akibat air laut terasa sesekali saat Republika.co.id duduk di salah satu kursi itu. Republika.co.id kemudian mencoba berjalan ke ruang Cafetaria yang tersambung langsung dengan Ruang Ekonomi AC. Di sana terdapat tikar dan bantal yang disediakan oleh pihak kapal. Beberapa penumpang terlihat tidur di ruangan ini.
Tempat yang banyak dijadikan tempat tidur adalah sofa di beberapa sisi ruangan. Di sana juga terdapat kios untuk membeli makanan atau minuman. Dari sana, Republika.co.id kembali berjalan ke sisi depan kapal di lantai itu. Di seberang ruang Ekonomi AC, terdapat ruang Eksekutif atau ruang kelas kursi sofa. Namanya mencerminkan isi ruangan itu.
Terdapat sofa untuk perorangan dengan ukuran sandaran pendek di sana. Para penumpang di ruangan ini harus membuka alas kakinya jika ingin ke sofa yang dialasi karpet berwarna merah itu. Beda dengan ruangan Ekonomi AC yang terbuka, di ruangan ini terdapat bilik-bilik dengan sofa yang melingkari bilik itu.
Salah satu yang membedakannya lagi, di ruangan ini terdapat ruangan untuk menyusui. Letaknya di dekat pintu masuk ruangan. Di ruangan ini juga pendingin ruangan terasa lebih dingin jika dibandingkan ruangan Ekonomi AC. Selain karena ruangannya lebih kecil daripada ruangan Ekonomi AC, tak jauh dari ruangan menyusui tadi, terdapat Standing AC berukuran sekitar dua meter yang menghembuskan angin ke dalam ruangan itu.
Suasana yang sangat berbeda dengan ruangan Ekonomi. Di ruang Ekonomi, kursinya seperti kursi taman. Hanya terbuat dari kayu tanpa sandaran yang tentu lebih keras daripada sofa di ruang Eksekutif. Meski begitu, ruangan ini tak kalah ramai dengan ruangan lainnya. Banyak juga yang tertidur di kursi berbentuk persegi panjang itu. "Di sini enaknya bisa langsung ngeliat pemandangan di luar. Bisa hirup udara di tengah laut juga kan kalo di sini lebih segar," ujar salah seorang penumpang bernama Ahmad Muharman (28 tahun).