REPUBLIKA.CO.ID, PALIMANAN -- Ada empat bilik kecil di tepi sawah, seratus meter dari GT Palimanan Jalan Tol Cikopo-Palimanan. Lokasi persisnya di areal persawahan Kampung Kempeh, Gempol, Cirebon. Dua tirainya warna biru bergambar boneka beruang. Tampak kontras dengan pemandangan hijau padi areal persawahan, keempat tirai itu melambai-lambai dari atas pematang.
Tiang-tiang bilik itu terbuat dari kayu. Kain sekenanya menutup serupa daun pintu. Bagian atas dibiarkan terbuka. Di bawahnya, dua papan kayu ditata sehingga cukup untuk berpijak. Sebuah celah kecil membuat lubang di bagian bawah. Air saluran irigasi mengalir lancar di bawah keempat bilik itu.
"Begitu-begitu menolong orang mudik. Banyak anak-anak di mobil yang nyari tempat," kata Mujahidin (44 tahun), kepada Republika.co.id, Jumat (1/7). Lelaki berkopiah itu sedang menata ulang biliknya. Beberapa perkakas seperti palu dan gergaji masih tergeletak di rumput. Empat buah ember plastik hitam dan gayung air juga disiapkan di dalam bilik.
Apakah fungsi keempat bilik tersebut? Toilet darurat! Sejak musim mudik lebaran tahun 2015 lalu bersamaan dengan dimulainya operasi Tol Cipali, Mujahidin mengais rezeki dari bilik-bilik kecil berukuran 1,2x2 meter itu. Ia sengaja memanfaatkan momentum mudik lebaran untuk mengais rezeki. Menurut pengakuan Mujahidin, banyak pengguna jalan tol yang memanfaatkan jasanya.
Pengguna jalan tol Cipali yang terjebak kemacetan seringkali yang memanfaatkan toilet-toilet darurat tersebut. Apalagi, lokasinya sangat strategis lantaran dekat dengan GT Palimanan. Pengguna tol pasti mafhum, kemacetan lalu lintas pada puncak arus mudik bisa membuat pengguna jalan terhenti di satu lokasi selama berjam-jam. Hal itu dimanfaatkan penduduk sekitar jalan tol.