Lokasinya yang di pedalaman menjadikan anak-anak di sana tidak mudah untuk bisa mengakses pendidikan.
“Kalau masih SD penduduk Long Telenjau tidak begitu masalah. Tetapi, ketika SMP mereka harus rela melawan arus dengan ketinting dan bermuatan 6 anak dengan waktu perjalanan 45 menit pulang pergi. Sementara kala SMA harus ngekos di Long Belua,” papar Hendro.
Disitulah tantangan dalam berdakwah. Menurut dia, mumpung masih anak-anak, mereka harus mengerti Islam ini dengan baik, sehingga kuat aqidah dan ibadahnya. Jadi, ketika remaja dan dewasa bisa ikut serta membangun Long Telenjau ini.
Akan tetapi, aura anak-anak Long Telenjau tidak menunjukkan kesukaran. Mereka justru merasa tertantang dan beberapa di antaranya sangat antusias mengikuti kegiatan-kegiatan masjid. Terutama saat dilaksanakannya lomba dalam rangkaian Jambore Anak Sholeh kerjasama BMH dengan Asia Muslim Charity Foundation.
“Aku pengen jadi wartawan,” ujar Icha anak kelas 4 SD dari Desa Lont Lembu. Sementara itu, Aldi ingin menjadi ustadz seperti pak guru di TPA. “Makanya nanti aku kalau SMP mau ke Pesantren Hidayatullah di Tanjung,” ungkapnya penuh semangat.
Ketika ditanya bagaimana dengan kondisi sekolah yang jauh dari rumah dan harus pulang pergi dengan ketinting, rata-rata menjawab senang. “Aku seneng saja sekolah (meskipun) begitu,” ucapnya.
Sinergis Bersama BMH
Suatu kebahagiaan tersendiri yang amat mendalam dirasakan oleh Hendro Usmantoro adalah adanya lembaga yang mau peduli terhadap dakwah di kampungnya.
“BMH adalah laznas yang memiliki perhatian besar terhadap kegiatan sosial keagamaan sangat aktif dan mampu menjangkau daerah terpencil seperti di sini, ini sangat membahagiakan bagi saya dan keluarga serta anak-anak di sini,” ucapnya.
“Saya sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin BMH kok bisa-bisanya mau datang ke pedalaman seperti ini. Yah, transport susah, biayanya juga lumayan tinggi. Tapi, ternyata ada, ya ini BMH ini,” imbuhnya.
“Ya, untunglah. Berkat BMH kami punya motor yang bisa digunakan untuk mempermudah aktivitas dakwah di sini. Kalau idul qurban juga BMH gak pernah absen ke sini. Minimal BMH itu bawain sapi 4 ekor. Malah pernah sampai 16 ekor loh, ya kita bagi-bagi ke semua Muslim di desa tetangga juga,” katanya meyakinkan.
Namun demikian, Hendro terus berharap agar BMH semakin giat dalam mendukung aktivitas dakwah di pedalaman.
“Harapannya, BMH bisa mempertahankan perhatian terhadap pendidikan anak-anak di wilayah terpenci. Kalau bisa, seandainya ada santri-santri pelosok yang berprestasi bisa diberikan beasiswa, supaya ada kader penerus yang mengemban dakwah di sini,” katanya.