Menikah demi Dakwah di Pedalaman

Red: Dwi Murdaningsih

Senin 06 Jul 2015 15:19 WIB

Hendro Usmantoro Foto: BMH Hendro Usmantoro

REPUBLIKA.CO.ID, Hendro Usmantoro menginjakkan kaki di Naha Aya sebuah desa di hulu sungai Kayan pada 2001. Pada tahun 2006 pria kelahiran Cilacap 33 tahun silam itu menetap di Desa Long Telenjau untuk menikah dengan gadis Dayak asli desa tersebut.

Ketika ditanya mengapa mau menikah dengan gadis asli Long Telenjau, dengan ringan Hendro menjawab, “Ya gimana ya, intinya pertama jodoh. Yang kedua kalau saya bisa ikut berdakwah di sini kenapa tidak,” katanya.

Kini sehari-hari, ayah tiga anak ini berkebun, mengurus masjid dan tiada henti-hentinya menghidupkan syiar Islam di desa yang penduduk Muslimnya hanya 16 KK. Meskipun demikian, Hendro juga memiliki kemampuan berburu yang diakui warga sekitar. Orang setempat bilang, dia adalah ‘sniper’.

Di desa Long Telenjau ini hanya ada 16 KK yang beragama Islam. Selebihnya beragama Kristen dengan total penduduk sekitar 200 KK. Rata-rata suku Dayak Kayan. Meskipun demikian hubungan kemasyarakatan berjalan cukup baik. “Tidak ada masalah di sini,” ujarnya.

Selain aktivitas rutinnya sebagai pengurus masjid Al-Ikhlas, Hendro juga aktif membina TPA setiap hari dengan tiga waktu berurutan, siang, sore dan malam. Tetapi, jangan heran, dengan waktu 3 kali sehari itu, murid TPA yang aktif hanya 8 orang. Meskipun demikian, tidak jarang anak-anak non-Muslim juga hadir ke masjid untuk melihat anak-anak Muslim belajar Alqurn di masjid.

Akan tetapi, dakwah tidak mengenal jumlah. Berapapun yang datang, proses belajar mengajar Alquran terus berlangsung setiap hari. Terlebih kini, Hendro juga didampingi dai muda yang full mengurus masjid Al-Ikhlas, sehingga harapan akan masa depan Long Telenjau kian bisa dijangkau.

Selanjutnya.. Tantangan Belajar

 

Terpopuler