Liga Primer Inggris Sambut Ramadhan

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Fernan Rahadi

Senin 08 Jul 2013 00:30 WIB

Demba Ba, salah satu pemain Muslim di Liga Primer Inggris. Foto: 1 1

Liga Primer Inggris Sambut Ramadhan (2)

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk memeriahkan acara, BBC turut mengundang Arsene Wenger dan Sam Allardyce, serta kolumnis sepak bola Henry Winter. Didatangkannya dua manajer terkemuka Liga Primer Inggris itu untuk menerangkan bagaimana klub beradaptasi untuk mengakomodasi perbedaan keyakinan pemainnya.

 

Agar semakin lengkap, ada sesi berbagi pengalaman dari suporter Newcastle United yang dikenal ramah kepada pemain Muslim. Pada musim lalu, sekitar 40 ribu orang yang memadati Stadion Saint James Park bernyanyi bersama setiap dua penyerang The Magpies, Ba atau Papiss Cisse membobol gawang lawang. Salah satu koor yang diteriakkan mereka terdapat kata ‘Ramadhan’.

 

Demba scored 15 since Ramadan. Demba scored 16 since Ramadan,” demikian salah satu contoh nyanyian suporter yang dilakukan sambil berjingkrak di dalam stadion. Aksi yang direkam video itu dapat dengan mudah ditemukan di Youtube. Suasana semakin marak ketika Ba dan Cisse melakukan selebrasi sujud di pojok lapangan. Sayangnya, Ba berpindah klub pada Januari 2013, dan kini berstatus pemain Chelsea.

 

Newcastle yang dibesut Alan Pardew itu pada musim lalu dihuni delapan pemain Muslim. Bahkan, untuk menghormati mereka, manajemen klub sampai membuatkan ruang khusus untuk berdoa bagi penganut agama Islam.

 

Adapun, diundangnya kiper Ali al Habsi karena termasuk salah satu pemain Muslim yang cukup sukses. Meski timnya terdegradasi ke Divisi Championship, namun Wigan Athletic sukses menjadi juara Piala FA 2012. Tidak tanggung-tanggung, the Latics mengandaskan perlawanan Manchester City yang dikenal sebagai klub bertabur bintang di partai puncak.

 

Di tengah merebaknya sentimen anti Islam di Inggris gara-gara ulah dua pemuda Muslim yang membunuh seorang militer kulit putih, komunitas Muslim perlu tampil untuk bahwa Islam adalah ajaran penuh damai. Hal itu dilakukan agar kengerian warga Inggris akibat Insiden Woolwich bisa segera dihapuskan atau setidaknya diminimalisasi.

 

Kedatangan Islam yang semakin dirasakan masyarakat Inggris membuat mereka membutuhkan pesan-pesan positif yang lebih dari sebelumnya. Tentu saja program ini berjalan di bawah stereotip budaya sepak bola untuk melihat perubahan Liga Primer Inggris seperti rumah bagi beberapa tim yang menjadi tempat berkumpulnya berbagai budaya. Ini tidak lain karena para pemain datang dari latar belakang yang beragam.

 

Menjalankan keyakinan dengan berpuasa selama Ramadhan sudah menjadi isu sosial di Eropa. Mantan direktur Medis Paris Saint-Germain (PSG) Dr Chalabi mengatakan, datangnya bulan Ramadhan bukan sebuah masalah utama di negara dengan masyarakat mayoritas Muslim.

 

Tapi sebaliknya, hal itu bisa menjadi kendala bagi pemain Muslim yang merumput di kompetisi Eropa. Di Inggris dan Prancis, kata dia, puluhan pemain Muslim yang tersebar di banyak klub mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan aturan yang ada. Apalagi, kalau Ramadhan jatuh pada musim panas, di mana siang lebih lama daripada malam.

 

Kalau pemain itu memilih berpuasa, fisiknya bisa kepayahan saat menjalani latihan. “Biasanya, Ramadhan bukanlah masalah besar di negara-negara Muslim karena jadwal pelatihan maupun bermain ditukar pada malam hari,” ujarnya kepada Radio Belanda, RNW.

Terpopuler