REPUBLIKA.CO.ID, OKLAHOMA — Warga Amerika Serikat (AS), terutama di wilayah Oklahoma, kini harus merasakan puasa lebih lama. Pasalnya, Ramadhan yang jatuh di musim panas membuat Muslim AS berpuasa selama 17 jam. Di Negeri Paman Sam ini, warga Muslim harus melaksanakan puasa dari pukul 03.00 waktu setempat. Mereka baru bisa berbuka puasa sekitar pukul 20.00 waktu setempat.
Menurut Khalifah Abdur Rahim Robinson, puasa kali ini membuatnya harus menahan lapar lebih lama. Ia mengatakan, perut yang kosong terkadang membuatnya sulit berkonsentrasi dalam beraktivitas. “Tapi, meski begitu, saya anggap ini bentuk pengorbanan dalam melakukan ibadah,” kata lelaki berumur 30 tahunan ini sebagaimana dilansir JSonline. Ia menuturkan, hal tersebut menjadi pengalaman uniknya selama Ramadhan.
Beratnya Ramadhan juga dirasakan Mohammad Hamdan, 22 tahun. “Namun, bukan karena harus menahan lapar lebih lama,” katanya sebagai mana dikutip dari media yang sama. Ia menuturkan, masalah singkatnya waktu tidur membuat dirinya sedikit tidak nyaman beraktivitas selama Ramadhan berlangsung. Karena bangun sahur terlalu cepat, dirinya kerap merasa mengantuk ketika melakukan kegiatan di siang hari.
Namun, senada dengan Khalifah, hal ini tidak menjadi masalah berarti baginya. Menurutnya, memasuki beberapa hari Ramadhan, tubuhnya sudah bisa menyesuaikan diri. Bagi Majid Bilal (15 tahun), meski Ramadhan hadir lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya, rutinitasnya tetap harus berjalan seperti biasa. Menurut siswa sekolah menengah atas di AS ini, sebagai salah satu atlet sepak bola di sekolah, ia tetap harus bisa berpuasa meski terdapat sejumlah latihan dan pertandingan.
“Memang kau akan merasakan haus yang sangat dahsyat,” ujarnya. Namun, katanya, dengan pengendalian diri yang baik, Ramadhan akan berjalan sebagaimana mestinya dan tidak begitu menganggu aktivitas. Waktu berpuasa yang lebih lama ini juga berlaku di New York. Di kota yang pernah menjadi ibu kota AS ini, puasa Ramadhan dilakukan selama 15 jam, dari pukul 04.30 hingga 20.00.
Buka puasa hijau
Sementara itu, bagi Muslim di kota AS lainnya, Washington DC, Ramadhan kini dilalui dengan kampanye hijau. Kampanye ini dilakukan kelompok Muslim Hijau untuk menyadar kan umat Islam AS agar tetap menjaga lingkungan selama menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Menurut Ryan Storm, salah satu pejabat Muslim Hijau, ketika berbuka puasa, misalnya, banyak sampah akan mulai mengotori masjidmasjid. Mulai dari sampah alat-alat makan seperti piring dan cangkir plastik hingga makanan.
“Karena itu, untuk mengajak warga agar senantiasa menjaga lingkungan, kita melakukan kampanye ini di beberapa tempat,” katanya sebagaimana dilansir Daily Star. Menurutnya, menjaga kebersihan merupakan tradisi umat Muslim. Selain kampanye hijau, menurut dia, pihaknya juga mengampanyekan “Program Nol Sampah Selama Bulan Puasa”. “Sebagai manusia kita bertanggung jawab dengan lingkungan sekitar,” ujarnya.