REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA - Keluarga Muslim Nigeria menyadari anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan tidak Islami. Untuk itu, mereka manfaatkan kedatangan bulan suci Ramadhan guna mengembalikan spiritualitas kepada anak-anak mereka.
Kolumnis Muslim Nigeria, Femi Abass mengatakan keluarga Muslim mulai menyesali kurangnya pendidikan agama dalam keluarga. "Mereka merasa malu dengan saudara mereka yang tidak mampu. Sebab, mereka sukses menjaga nilai spiritualitas anak-anaknya," papar dia seperti dikutip onislam.net, Kamis (19/7).
Sebabnya, lanjut dia, apa yang terjadi pada saudaranya memicu mereka mengubah paradigma. Mereka yang semula mengisolasi diri, mulai mendorong anak-anak memperoleh pendidikan Islam.
Alhaji Abdulsemiu Monolaji Adedo, pensiunan perusahan minyak, mengaku menyesal tidak membesarkan anak-anak mereka dalam lingkungan Islami. "Kini, kami daftarkan anak-anak ke sekolah barat dan Islam," kata dia.
Ia menyadari pentingnya untuk mendidik anak-anak mereka sesuai dengan ajaran Islam. Apalagi, ketika melihat pengalaman rekan-rekannya yang sedari awal memperkenalkan ajaran Islam kepada anak-anaknya.
"Pagi mereka pergi ke sekolah umum. Malam harinya, mereka pergi ke madrasah, guna mempelajari studi Islam dan Alquran," ucapnya.
Ia mengatakan pendidikan barat sama sekali tidak mengajarkan pendidikan moral. Sementara, Alquran penuh dengan pendidikan moral yang berguna ketika mereka menjalani kehidupannya. "Alquran mengajarakan keadilan, kesetaraan dan saling menghormati," paparnya.
Kisah lain, Alhaji Tajudeen Odewale, seorang akuntan, mengatakan keluarganya telah mempelajari dan menerapkan ajaran Islam selama bertahun-tahun. Tujuannya, agar anak-anaknya tidak lupa akan identitasnya sebagai Muslim. "Saya tidak menginginkan kekayaan membutakan anak-anak mereka dari Islam," paparnya.
Abubakar Momoh, Dekan sebuah universitas menilai kemewahan membuat keluarga Muslim Nigeria lupa akan identitasnya. Efeknya adalah mereka memandang sekolah Islam cenderung kuno. "Inilah bentuk arogansi," kata dia.
Profesor Ishaq Lakin Akintola menyalahkan pemerintah lantaran gagal memberikan perhatian yang cukup terhadap pendidikan moral dan agama di sekolah umum. "Namun, kesalahan mutlak berada pada peran orang tua. Mereka gagal memberikan anak-anak mereka pendidiklan Islam,"ucapnya.
Syekh Sulaiman Muhammad Awwal, pemimpin masyarakat terkemuka, kesejahteraan duniawi tidak cukup sebagai modal anak-anak guna menjalani kehidupan. Butuh kesejahteraan spiritual. "Perlu ada keseimbangan," pungkasnya.