Anda Diabetesi? Jangan Khawatir Berpuasa

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Heri Ruslan

Selasa 17 Jul 2012 08:11 WIB

Mengukur kadar gula darah pada penderita diabetes Mengukur kadar gula darah pada penderita diabetes

REPUBLIKA.CO.ID,  Marhaban ya Ramadhan.  Bulan suci yang dinanti sebentar lagi tiba.  Bagi Anda para penderita Diabetes Melitus (DM) atau diabetesi tidak perlu khawatir bahwa kondisi kesehatan Anda dapat membuat puasa tidak maksimal.

Anda masih dapat menjalankan ibadah puasa dengan beberapa kondisi yang harus dipenuhi agar tidak terjadi komplikasi penyakit yang lebih berat.

"Penderita DM ada yang boleh berpuasa tanpa penyesuaian, ada yang boleh berpuasa dengan penyesuaian, dan ada yang tidak boleh berpuasa," kata dr Agus Widiyatmoko, dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Dia menjelaskan, penderita DM tipe satu serta penderita DM tipe satu dan dua yang tidak terkontrol tidak boleh berpuasa. Begitu juga dengan diabetesi yang sedang hamil, memiliki riwayat ketoasidosis berulang, berusia lanjut dengan gangguan kesadaran, serta memiliki komplikasi berat seperti unstable angina dan hipertensi yang tidak terkontrol.

Yang terpenting, sambung Agus, adalah bagaimana diabetesi mengontrol kadar gula darahnya tersebut. Pengendalian gula darah dapat dilakukan dengan pengaturan makan, meningkatkan kegiatan jasmani, dan mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan dokter.

Terkait pola makan, menurut Agus, bagi diabetesi sebenarnya tidak berbeda jauh dengan orang sehat atau normal. Hanya saja harus memperhatikan keteraturan aspek 3J, yaitu jenis, jumlah, dan jadwal makan.

Sedangkan untuk kegiatan jasmani, dianjurkan mengurangi aktivitas sedenter, seperti menonton televisi, menggunakan internet, dan bermain game komputer. Disarankan juga untuk mempersering aktivitas olahraga dan rekreasi.

"Juga membiasakan bergaya hidup sehat, seperti lebih sering berjalan kaki, menggunakan tangga daripada lift, serta beraktivitas fisik lebih banyak pada waktu liburan," kata dia.

Puasa sebagai terapi

Dipandang dari sisi kesehatan, papar Agus, puasa merupakan terapi pengobatan alami paling tua yang tak pernah lenyap ditelan zaman. Selama berpuasa, liver dapat bekerja lebih maksimal sehingga proses pembuangan racun dari dalam tubuh (detoksifikasi) dapat berjalan optimal.

Dengan berkurangnya racun di dalam tubuh akan meningkatkan sirkulasi oksigen  dan nutrisi ke dalam tubuh sehingga sel bisa memperbaiki diri dan meningkatkan fungsinya secara optimal.

Agus berpendapat, makan sahur harus benar-benar dioptimalkan oleh mereka yang berpuasa. Seringkali selama berpuasa, tubuh kekurangan nutrisi karena metode konsumsi yang kurang tepat.

Makanan yang harus dihindari pada saat sahur adalah makanan berminyak dan santan, berkolesterol tinggi, dan lemak hewani karena mengakibatkan gangguan pencernaan, perut nyeri, dan masalah berat badan. "Konsumsi buah dan sayur harus diperbanyak, mengonsumsi cairan yang cukup, dan mengurangi kafein" jelas dokter spesialis penyakit dalam ini.

Pada saat berbuka, konsumsilah makanan yang menghasilkan energi instan, yaitu yang manis. Selain itu, jangan makan yang berlebihan saat berbuka untuk memberikan kesempatan kepada lambung agar menyesuaikan proses pencernaan.