REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- 24 Imigran gelap asal Afganistan dan Pakistan ditampung di Rumah Detensi Imigrasi Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Meski tengah dalam penampungan dan jauh dari negara asalnya, para imigran tetap taat menjalankan ibadah puasa.
"Walaupun saya dalam perjalanan panjang untuk menuju ke Australia dan akhirnya diamankan di Pangkalpinang karena tidak ada dokumen yang jelas, saya dan teman-teman tetap menjalankan ibadah puasa sesuai dengan ajaran agama Islam," ujar salah satu imigran asal Pakistan, Habibullah, di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan, mereka semua sengaja melarikan diri dari negaranya, karena sudah tidak sanggup bertahan di negara yang penuh konflik dan selalu mengancam nyawanya. Habibullah mengaku kurang mendapat perhatian dari pihak Imigrasi Pangkalpinang, karena mereka sering terlambat mendapatkan makan.
Sementara itu, Kasi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Kota Pangkalpinang, Filianto Akbar mengungkapkan bahwa petugas imigran sudah memberikan fasilitas yang memadai untuk para imigran tersebut, sehingga mereka bisa nyaman ketika berada di Pangkalpinang.
"Mereka semua kan melaksanakan ibadah puasa, tentu pihak petugas memberikan makan sesuai dengan jadwal sahur dan buka puasa di Indonesia," ujarnya.
Padahal, katanya, di tempat ini mereka sangat dibantu oleh petugas. "Mereka memang tidak membawa dokumen yang pasti ketika melarikan diri, sebab kondisi negaranya yang tidak stabil sehingga tidak memungkinkan untuk menyediakan okumen yng diperlukan itu," ujarnya.
Akan tetapi, kata dia, dilihat dari perkembangannya memang benar mereka merupakan umat muslim dan melaksakan ajaran Islam seperti halnya di Indonesia.