Begitu indah ibadah ramadhan. Kita serasa akrab dengan amal saleh, jauh dari dosa. Kita tersadar setelah tadinya lalai, bangun setelah tadinya terlelap, dan seakan kita hadir setelah tadinya menghilang. Shalat malam kita, shadaqah kita, tadarus Al-Qur’an kita, semangat kita memakmurkan masjid serta upaya upaya kita mengasihi sesama.
Ramadhan benar benar kita jadikan sebagai bulan menuju takwa. Ketika Ramadhan telah usai, maka hendaknya kita senantiasa teguh dan istiqamah di dalam kebaikan dan ketakwaan, dimanapun dan kapanpun.
Jangan sampai menimpa kita, perumpamaan orang yang menata bata demi bata hingga berwujud bangunan yang indah dan megah, namun tiba tiba dia sendiri yang merobohkannya. Atau laksana orang yang mengurai benang yang telah dipintalnya. Sebagaimana Allah firmankan;
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّتِيْ نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًا ۗ
"Dan janganlah kamu seperti perempuan yang menguraikan benang benang yang telah dia pintal dengan kuat lalu dicerai beraikan kembali." (QS An-Nahl : 92)
Sebagai contoh sederhana, Puasa Ramadhan melatih kita untuk senantiasa berperilaku jujur. Maka orang yang berpuasa dengan benar tidak mungkin akan menjadi pendusta, pencuri ataupun koruptor. Saat ini rendahnya kejujuran menjadi keprihatinan kita semua.
Bahkan diantara krisis moral yang melanda bangsa kita salah satunya adalah hilangnya kejujuran pada sebagaian anak bangsa. Ketika orang yang kehilangan kejujuran itu menjadi pemimpin tentu ini akan sangat membahayakan bangsa yang kita cintai.
Selanjutnya...