Keajaiban Rezeki di Bulan Ramadhan: Kesehatan Jiwa dan Raga

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah

Selasa 19 Mar 2024 07:54 WIB

Umat muslim mengamati langit-langit masjid Aschabul Kahfi di Tuban, Jawa Timur, Senin (18/3/2024). Masjid seluas tiga hektare yang dibangun pada 2002 itu berada di dalam gua bawah tanah sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung dan beribadah terutama pada bulan Ramadhan. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Mada Umat muslim mengamati langit-langit masjid Aschabul Kahfi di Tuban, Jawa Timur, Senin (18/3/2024). Masjid seluas tiga hektare yang dibangun pada 2002 itu berada di dalam gua bawah tanah sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung dan beribadah terutama pada bulan Ramadhan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling suci dan mulia. Meskipun tidak makan dan minum sejak fajar hingga matahari terbenam, umat Islam selalu mendapati diri mereka terpelihara, baik secara lahir maupun batin.

Lalu bagaimana keajaiban rezeki selama Ramadhan dan makna mendalamnya?

Baca Juga

Menukil dari laman Mustaqim, puasa selama Ramadhan, yang dikenal sebagai Shaum, adalah salah satu dari lima rukun Islam dan memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Islam. Di luar aspek fisik, puasa berfungsi sebagai sarana disiplin diri, penyucian, dan peningkatan spiritual.

Dengan tidak makan, minum, dan kesenangan duniawi lainnya di siang hari, orang beriman berusaha mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan mendekatkan diri kepada Allah.

Salah satu aspek puasa yang paling luar biasa selama bulan Ramadhan adalah pengalaman paradoks, yaitu merasa terpelihara secara spiritual meskipun tidak makan. Meskipun menahan diri dari makan dan minum, banyak Muslim yang mengaku mereka merasakan kedamaian batin, ketenangan, dan kepuasan spiritual selama jam-jam puasa.

Fenomena ini sering digambarkan sebagai wujud rahmat dan rahmat Ilahi, di mana Allah memberikan rezeki kepada jiwa meski tubuh mengalami kelaparan fisik.

Selain itu, yang juga menjadi inti dari keajaiban rezeki di bulan Ramadhan adalah kekuatan niat dan iman. Umat ​​​​Islam memulai puasa mereka dengan niat tulus untuk menyenangkan Allah dan mencari rahmat dan pengampunan-Nya.

Keyakinan dan pengabdian yang tak tergoyahkan inilah yang mengubah puasa dari sekadar berpantang menjadi perjalanan spiritual penemuan jati diri dan pencerahan. Melalui ketabahan dan ketergantungan mereka pada Allah, orang-orang beriman menemukan kekuatan dan makanan yang melampaui keterbatasan alam fisik.

Dimensi lain keajaiban rezeki di bulan Ramadhan adalah rasa kebersamaan dan solidaritas yang menyertai pengalaman berpuasa. Umat ​​​​Islam di seluruh dunia berkumpul untuk menjalankan puasa, berbuka puasa bersama keluarga, teman, dan tetangga dalam pertemuan komunal yang dikenal sebagai Iftar.

Acara makan bersama tersebut memupuk ikatan persahabatan, kasih sayang, dan kemurahan hati, memperkuat keterhubungan umat (komunitas Muslim) dan mencontohkan prinsip-prinsip persatuan dan persaudaraan.

Saat umat Islam merenungkan keajaiban rezeki selama Ramadhan, mereka juga diingatkan akan nikmat yang dianugerahkan Allah kepada mereka. Pengalaman berpuasa berfungsi sebagai pengingat akan kerapuhan keberadaan manusia dan ketergantungan pada pemeliharaan ilahi. Sebagai rasa syukur atas rezeki jiwa dan raga, umat beriman berusaha mengungkapkan penghargaannya melalui tindakan amal, kebaikan, dan pelayanan kepada sesama.

Keajaiban rezeki di bulan Ramadhan merupakan bukti mendalam atas rahmat dan karunia Allah SWT. Melalui pengalaman berpuasa, umat Islam menemukan nutrisi bagi tubuh dan jiwa mereka, mendekatkan diri kepada Pencipta dan merasakan kepuasan spiritual yang melampaui keinginan duniawi.

Ketika orang-orang percaya menghargai pengalaman ajaib ini, mereka terinspirasi untuk memperdalam iman mereka, memupuk rasa syukur, dan berjuang untuk kebenaran dalam semua aspek kehidupan.