Imam Istiqlal Sebut Puasa tak Sekadar Tahan Lapar, Tapi Juga Harus Jaga Panca Indra

Red: Qommarria Rostanti

Ahad 17 Mar 2024 19:51 WIB

Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar. Dia mengatakan, puasa tak sekadar menahan lapar, tapi juga menjaga panca indra dari hal tercela dan mengandung dosa. Foto: Republika/Prayogi Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar. Dia mengatakan, puasa tak sekadar menahan lapar, tapi juga menjaga panca indra dari hal tercela dan mengandung dosa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan puasa memiliki makna spiritual untuk menahan diri dari berbagai hawa nafsu. Termasuk untuk menjaga panca indra agar tidak melakukan hal-hal yang tercela dan mengandung dosa.

"Pengendalian diri yang utama adalah mempuasakan mulut," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Ahad (17/3/2024). 

Baca Juga

Nasaruddin menuturkan bahwa Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan bagi umat Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu momentum Ramadhan harus dimaknai tidak hanya sekadar berpuasa untuk menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengendalikan diri dari hawa nafsu.

Mulut menjadi sumber pengumpul dosa paling banyak karena kerap dipakai untuk membicarakan aib saudara sendiri, menghujat, memfitnah hingga menelan makanan minuman yang haram atau syubhat berupa makanan atau minum. "Sesungguhnya Allah itu Mahasuci. Bagaimana doa itu bisa terkabul jika tubuh dipenuhi dengan barang syubhat. Jangan harap memiliki anak yang soleh dan solehah jika makanan yang masuk ke badannya itu barang-barang syubhat,” kata Nasaruddin.

Selain indra pengecap, pengendalian diri juga harus dilakukan terhadap indra penglihatan dan mempuasakan indra pendengaran dari suara-suara atau musik yang tidak Islami. Selanjutnya menjaga indra penciuman yang berpotensi untuk memvisualisasikannya ke dalam hal-hal yang tidak baik, menjaga tangan kita dari kegiatan yang buruk, serta memperbaiki kualitas batin kita di hadapan Allah SWT.

Nazar mengungkapkan hal yang tidak kalah penting adalah jauhi sikap musyrik. Dia berperan jangan sampai umat muslim menjadi orang yang rajin melaksanakan ibadah, namun juga menyembah selain Allah.

"Kemudian hindari riya’. Niatkan dalam diri bahwa segala ibadah yang kita lakukan hanya semata untuk mendapat ridha dari Allah. Dengan demikian kita akan menjadi ahli tarekat apabila mampu mengendalikan panca indera," ujarnya.

Selama Ramadhan mudah ditemui umat Islam yang rajin dan tekun dalam menjalankan ibadah serta mengendalikan hawa nafsu. Namun, rutinitas itu tidak jarang hilang ketika bulan Ramadhan usai.

Menyikapi hal itu, Nazar mengatakan istiqamah dalam ibadah dapat terus terjaga sepanjang kita terus berupaya untuk menjaga hubungan dengan Allah. "Lakukan dengan konsisten amalan-amalan yang kecil. Seperti membiasakan puasa Senin dan Kamis, melaksanakan Sholat Dhuha dan Tahajud. Jika itu dilakukan dengan konsisten Insya Allah akan istiqomah," ucapnya.