REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Umat Islam di Gaza telah melaksanakan ibadah puasa perdananya pada Senin (11/3/2024). Mereka menjalankan ibadah wajib ini di tengah kelaparan dan penyakit, menggigil di tenda-tenda, dan terancam oleh bom Israel.
Ketika dunia Muslim menyambut bulan suci dan puasa dengan gembira, warga Palestina di Gaza justru menghadapi pemboman yang dilakukan Israel. Penduduk disibukkan dengan pencarian korban selamat dan jenazah di antara puing-puing rumah yang hancur.
Sebuah laporan PBB, yang mengutip kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan 25 orang kini telah meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi, dan kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. Kondisi ini terjadi setelah lebih dari lima bulan pertempuran antara Israel dan Hamas.
PBB telah melaporkan adanya kesulitan khusus dalam mengakses Gaza utara untuk pengiriman makanan dan bantuan lainnya. Di seluruh wilayah, masyarakat semakin merasakan kekurangan selama bulan Ramadhan.
Di kota Rafah di perbatasan selatan Gaza, tempat 1,5 juta orang mengungsi, makanan berbuka puasa yang biasanya berlimpah, digantikan dengan makanan kaleng dan kacang-kacangan.
“Kami tidak mempersiapkan apa pun. Apa yang dimiliki para pengungsi?” kata warga Khan Younis yang mengungsi, Mohammad Al Masry dilansir Aljazirah, Selasa (12/3/2024).
Kenikmatan Ramadhan yang hilang...