Muslim di Samarinda Ramai Ziarah Kubur Sambut Ramadhan

Red: Ani Nursalikah

Senin 11 Mar 2024 20:07 WIB

Deretan bunga dan air dijajakan di di TPU Karet Bivak, Jakarta, Ahad (10/3/2024). Foto: Republika/Thoudy Badai Deretan bunga dan air dijajakan di di TPU Karet Bivak, Jakarta, Ahad (10/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Umat Islam di Samarinda, Kalimantan Timur ramai berziarah ke kuburan menjelang Ramadhan. Seperti halnya di pemakaman Muslim di Jalan KH Abul Hasan Kota Samarinda yang lebih banyak dikunjungi masyarakat ketimbang hari biasa.

 

Baca Juga

"Kami sengaja mengambil waktu untuk berziarah ke makam keluarga setiap memasuki bulan puasa, ini tradisi yang telah lama dilakukan untuk mendoakan anggota keluarga yang telah berpulang," kata seorang warga Samarinda, Musdalifah, di Samarinda, Senin (11/3/2024).

 

Dia mengaku setiap tahun, baik sebelum puasa maupun setelah Lebaran, bersama keluarga rutin mengunjungi makam orang tua dan suaminya. Salah seorang warga sekitar pemakaman setempat, Siti Rahmah mengaku kegiatan ziarah kubur tersebut sudah ramai sejak tujuh hari yang lalu.

 

"Biasanya waktu yang ramai setiap seminggu menjelang Ramadhan, Lebaran Idul Fitri, dan Hari Raya Idul Adha," katanya.

 

Tradisi ini, katanya, tidak hanya menjadi momentum refleksi bagi para peziarah, tetapi juga membawa berkah bagi pedagang bunga yang berjualan di sekitar kuburan. Titin, seorang pedagang bunga yang telah berdagang selama 25 tahun di lokasi tersebut, mengaku merasakan peningkatan kunjungan secara signifikan tahun ini.

 

"Alhamdulillah, ada peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Saya menjual berbagai macam bunga, dan peziarah biasanya membelinya untuk ditaburkan di makam keluarga mereka," kata dia.

Dengan modal awal sekitar Rp 3 juta-Rp 3,5 juta, ia mengaku mendapatkan penghasilan kotor hingga jutaan rupiah dalam seminggu. "Paling tidak, dalam tiga sampai lima hari, saya bisa mendapat Rp5 juta-Rp7 juta, tergantung pada banyaknya pembeli," katanya.

 

Namun, kata dia, keuntungan yang didapatkan ini tidak selalu konstan. Pada hari-hari biasa, ia mengaku mengalami kerugian, seperti ketika bunga-bunga tidak terjual dan harus dibuang karena hanya bertahan dua hari.

 

Kegiatan ziarah kubur tidak hanya menjadi bagian dari tradisi spiritual warga, tetapi juga menunjukkan interaksi sosial dan ekonomi antara warga dan pedagang di Samarinda.

Terpopuler