REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi mempromosikan tradisi Ramadhan Indonesia di jaringan televisi dan radio terbesar Tunisia, Wathaniya TV.
Indonesia sebagai negara yang mayoritas warganya beragama Islam dengan khazanah kebudayaan Nusantara yang sangat kaya, mempunyai karakteristik dan ciri khas yang unik.
Sebab itu, Ramadhan di Indonesia di samping sebagai peristiwa keagamaan, juga merupakan peristiwa kebudayaan, bahkan kepedulian pada sesama.
Dia menjelaskan, Ramadhan di Indonesia merupakan ibadah yang mampu membangun spiritualitas dan transformasi agama sebagai modal sosial.
Semua warga Muslim Indonesia menyambut Ramadhan dengan gegap-gempita, yang ditandai dengan animo besar untuk beribadah sebaik-baiknya, bahkan Ramadhan juga digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap khazanah Islam.
"Sebab itu, di samping berpuasa dan sholat tarawih, umat Islam juga mengikuti kajian-kajian keislaman di masjid, pesantren, perkantoran, bahkan televisi dan radio," ujar Dubes RI kader PDI Perjuangan ini, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (12/4/2023).
Dubes Zuhairi Misrawi juga menyampaikan dimensi kebudayaan dan kepedulian sosial yang sangat tinggi selama bulan Ramadhan.
Satu hal yang menonjol dalam suasa Ramadhan, yaitu meningkatnya kepedulian sosial sesama warga. Tidak hanya sesama umat Islam, melainkan juga kepedulian Non-Muslim terhadap umat Islam.
Di samping itu, kata Zuhairi, ekspresi kebudayaan selama bulan Ramadhan juga sangat marak, yang ditandai dengan meningkatkan kebersamaan dan gotong-royong sesama warga.
“Ramadhan merupakan madrasah yang melatih umat Islam Indonesia untuk meningkatkan persaudaraan dan kebersamaan," kata dia.
Sementara itu, pada Ahad (9/4/2023) lalu, Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Tunisia menggelar peringatan Nuzulul Quran di Wisma Duta Besar RI, Tunis.
Hadir Duta Besar RI, Zuhairi Misrawi, dan dua penceramah, Syekh Shalahuddin al-Mustawi dan Ardi Pramana, mahasiswa Indonesia program doktoral Universitas 9 April, Tunis.
Zuhairi menyampaikan tradisi memperingati malam Nuzulul Quran merupakan momen untuk menjadikan Alquran sebagai momen membangun peradaban.
Dia mengatakan, bangsa Indonesia mempunyai modal untuk membangun peradaban adiluhung, karena mempunyai kitab suci Alquran, yang dapat dijadikan sumber dan modal sosial. Peringatan malam turunnya Alquran merupakan tradisi baik khas Indonesia, yang diprakarsai Bung Karno di Istana Merdeka.
“Bung Karno kerap mengkhatamkan Alquran di penjara dan pengasingan. Menurut Bung Karno, Alquran adalah sumber rasionalitas dan kemajuan peradaban bangsa," kata Zuhairi.
Baca juga: Yang Terjadi Terhadap Tentara Salib Saat Shalahuddin Taklukkan Yerusalem
Syekh Shalahuddin al-Mustawi dalam ceramahnya menekankan pentingnya menjadikan Alquran sebagai energi perubahan dan kerja.
"Sama dengan Indonesia, para pendiri bangsa dan ulama Tunisia menjadikan Alquran sebagai energi perubahan dan kerja bagi kemajuan. Tradisi memperingati malam Nuzulul Quran ini merupakan tradisi yang sangat baik, sehingga Indonesia mempunyai citra positif di dunia Islam dan menjadi fondasi bagi kemajuan Indonesia," ujar Ketua Dewan Tinggi Islam Tunisia ini.
Ardi Pramana dalam ceramahnya menyampaikan pentingnya Ramadhan menjadi momen untuk meningkatkan iman dan kepedulian sosial.
"Puasa Ramadhan dapat menjadi momen bagi umat Islam untuk meningkatkan iman dan meningkatkan kepedulian kita pada sesama manusia. Dan itu sebenarnya esensi dari turunnya Alquran," tutur dia.