REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa selama Ramadhan tidak hanya dapat mendatangkan pahala bagi umat Islam, tapi juga membawa berkah terhadap kesehatan. Rumah Sakit Burjeel, bagian dari salah satu jaringan perawatan kesehatan terkemuka Uni Emirat Arab (UEA), menyatakan di situs webnya bahwa penelitian menunjukkan beberapa manfaat kesehatan dari puasa.
Manfaat yang dimaksud di antaranya yakni mengurangi risiko kanker dan hipertensi, meningkatkan fungsi otak, dan menurunkan peradangan. Dilansir laman The National News pada Kamis (30/3/2023), puasa juga memiliki manfaat jangka panjang.
Banyak gangguan kekebalan menyebabkan peradangan pada bagian tubuh. Dokter mengatakan, puasa dapat meringankan gejalanya. Seorang spesialis reumatologi di Rumah Sakit Life Line di Abu Dhabi, dr Suresh Kanchinadham, mengatakan puasa dapat memperlambat produksi molekul yang menyebabkan peradangan yang dikenal sebagai sitokin.
Sitokin merupakan protein kecil yang sangat penting dalam mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas sel sistem kekebalan dan sel darah lainnya. Selain itu, puasa juga menyebabkan perubahan bakteri usus yang dapat membantu meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh dan membantu penurunan berat badan.
Kemudian periode puasa tidak hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja. Ada puasa intermiten, di mana ini adalah tren diet yang disukai tidak hanya oleh selebritas, tetapi juga mendapat dukungan luas dari komunitas medis.
Dr Kanchinadham mengatakan puasa intermiten terbukti bermanfaat dalam gangguan yang berkaitan dengan peradangan seperti radang sendi, asma, penyakit Alzheimer, penyakit radang usus, sklerosis ganda, bahkan kanker. Dia menjelaskan, salah satu demonstrasi terbaik dari efek menguntungkan puasa adalah dalam pengelolaan rheumatoid arthritis.
“Para peneliti telah menemukan bahwa selama berpuasa, terjadi pengurangan rasa sakit dan pembengkakan pada pasien yang menderita rheumatoid arthritis,” ujar dr Kanchinadham.
Untuk penderita kelainan autoimun tidak perlu menghindari puasa, kecuali disarankan untuk melakukannya oleh kesehatan. “Anda tidak bisa berpuasa jika penyakit Anda tidak parah dan tidak diperlukan pengobatan agresif,” kata spesialis rheumatologist di Saudi German Hospital Dubai, dr Eman Wagih.
Dia mengatakan, puasa dapat meningkatkan aktivitas penyakit karena mengurangi zat inflamasi dalam tubuh dan mengurangi lemak, serta penanda inflamasi. Dr Wagih kemudian mengingatkan ada orang-orang yang mendapat pengecualian puasa.
“Orang dengan penyakit parah dan orang yang menerima banyak obat dan pasien dengan terapi biologis, mereka dapat merasakan kelelahan setelah minum obat dan efek samping lainnya, jadi dalam situasi ini kami menyarankan tidak berpuasa tanpa nasihat medis,” ujarnya.
Pentingnya pola makan sehat
Puasa bukan obat instan bagi mereka yang berjuang melawan peradangan. Orang-orang didorong untuk mempertahankan pola makan yang sehat untuk melihat manfaat yang berkelanjutan. Dr Kanchinadham mengatakan, penting dicatat bahwa setelah diet biasa dilanjutkan setelah puasa, peradangan kembali terjadi kecuali diet sehat mengikuti periode puasa.
Diet kaya makanan utuh termasuk buah-buahan, sayuran, ikan berlemak, biji-bijian utuh, kacang-kacangan dan biji-bijian, tetapi rendah makanan olahan dan lemak jenuh, sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan dan dapat membantu mengurangi peradangan. “Penting juga bagi pasien dengan artritis gout untuk tetap terhidrasi sebelum berpuasa untuk mencegah kenaikan asam urat dan kambuhnya artritis,” kata dr Kanchinadham