Imam Al Azhar: Tak Masuk Akal Melarang Non-Muslim Makan Selama Ramadhan

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 21 Apr 2022 15:25 WIB

Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayyeb. Imam Al Azhar: Tak Masuk Akal Melarang Non-Muslim Makan Selama Ramadhan Foto: Arab News Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayyeb. Imam Al Azhar: Tak Masuk Akal Melarang Non-Muslim Makan Selama Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayyeb mengatakan sheikhdom menghargai hubungan antara Mesir, Muslim dan Kristen yang berasal dari pemahaman yang benar tentang agama. Menurutnya, melarang non-Muslim makan di bulan Ramadhan adalah aturan yang absurd.

 

Baca Juga

“Membatasi non-Muslim dalam makan dan minum di siang hari di bulan Ramadhan dengan dalih puasa adalah absurditas yang tidak sesuai dan tidak berhubungan kepada Islam,” kata Tayyeb, dilansir dari Egypt Independent, Kamis (21/4/2022).

 

Tayyeb menekankan seorang Muslim harus bisa tahan melihat rekan Kristennya di tempat kerja makan atau minum atau melihat umat Kristen di restoran di siang hari Ramadhan. Jika mereka tidak tahan, bagaimana mereka bisa tahan melihat anak-anaknya sendiri makan di siang hari di bulan Ramadhan.

 

“Atau apakah dia membatasi anak-anaknya dan melarang mereka makan dan minum?” kata Imam Tayyeb.

 

Hal ini juga berlaku seperti mengucapkan selamat hari raya pada umat non-Muslim. Menurutnya, Muslim dibolehkan memberikan ucapan selamat hari raya kepada umat non Muslim.

 

“Mengucapkan selamat kepada umat Kristen pada hari raya bukan karena sopan santun atau formalitas, melainkan berasal dari pemahaman kita tentang ajaran agama kita yang sebenarnya. Hubungan antara Muslim dan Kristen adalah perwujudan sejati persatuan dan persaudaraan, dan persaudaraan ini akan selalu tetap ada. Ikatan kuat yang memperkuat negara melawan kesulitan dan tantangan,” jelasnya.

 

Tayyeb mengatakan Al-Azhar melihat sama sekali tidak ada yang salah dengan membangun gereja karena tidak ada dalam Quran atau Sunnah Nabi yang melarang hal ini. Oleh karena itu Al-Azhar tidak dapat ikut campur untuk mencegah pembangunan gereja.

 

Syekh Al-Azhar menggambarkan pelecehan yang terjadi di beberapa desa dan dusun ketika membangun gereja mana pun sebagai warisan adat dan tradisi yang diwariskan orang, dan itu tidak berasal dari Islam.