REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi pekerja Indonesia, Tunjangan Hari Raya (THR) merupakan salah satu hal yang dinanti-nanti saat memasuki bulan Ramadhan. Jumlahnya yang cukup besar bisa memancing masyarakat menjadi konsumtif dan menghabiskannya untuk barang yang kurang perlu.
Perencana keuangan syariah dari Finansialku, Harryka Joddy, menyarankan masyarakat agar membuat pos pengeluaran agar THR ini tidak langsung habis. Semakin detail pos pengeluaran yang dibuat, maka akan semakin baik dan terarah.
"Saya kira perlu sekali membuat pos pengeluaran untuk uang THR kita, karena kebutuhan yang ada akan cukup banyak. Mulailah dari kebutuhan yg sifatnya primer atau dharuriyah, kemudian sekunder (hajiyat), sampai tersier (tahsiniyat)," ucap dia saat dihubungi Republika, Rabu (20/4/2022).
Kebutuhan primer yang dimaksud antara lain membayar hutang dan membayar zakat, kemudian kebutuhan makan pada saat lebaran dan berkumpul bersama keluarga. Sementara, kebutuhan sekunder mulai dari kebutuhan sosial, sedekah, bagi angpao, dan lainnya.
Terakhir, kelompok kebutuhan tersier atau tahsiniyat antara lain untuk keperluan membeli baju baru atau liburan bersama keluarga.
Ia menyebut, di masa pandemi yang sudah melandai seperti saat ini, ada cukup banyak aktifitas yang dilakukan masyarakat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu yang berbeda adalah diperbolehkannya mudik oleh pemerintah, serta belanja makanan untuk disantap bersama keluarga besar yang datang berkumpul.
"Jadi yang pertama kita harus list dulu kebutuhan masing-masing keluarga atau rumah tangga, dan belajar juga dari pengalaman tahun lalu kira-kira masih boncos atau tidak THRnya," lanjutnya.