REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK— Salah satu yang dirindukan di saat Ramadhan adalah kebersamaan dalam menjalankan ibadah sholat Tarawih.
Meskipun masih dalam suasana pandemi Covid-19, semangat melaksanakan sholat Tarawih berjamaah sangat dirasakan di Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia (UI).
Pelaksanaan ibadah ini tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat, dan belum dibuka secara penuh untuk umum.
Masjid Ukhuwah Islamiyah UI berlokasi di area teduh, menciptakan rasa tenang saat menjalankan ibadah, namun ada yang lebih menarik dan menyejukkan, yaitu sholat Tarawih yang dilaksanakan dengan sikap dewasa dan kearifan para jamaah dalam menyikapi perbedaan.
Hal ini dirasakan langsung Kepala Makara Art Center UI, Ngatawi Al-Zastrouw, yang berkesempatan mengikuti sholat tarawih di masjid Ukhuwah Islamiyah UI.
"Ketika diumumkan bahwa sholat tarawih akan dilakukan 20 rakaat, saya merasa adanya suasana perubahan. Perubahan jumlah rakat ini mencerminkan adanya kearifan pengelola masjid UI, sehingga memberikan kesempatan pada kelompok yang berbeda (yang melakukan tarawih 20 rakaat) untuk memimpin sholat Tarawih," ujar Zastrouw dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (19/4/2022).
Jelang sholat tarawih dimulai, disampaikan pengumuman kepada jamaah tentang jumlah rakaat sholat yang akan dilaksanakan dan beberapa imbauan kepada jamaah agar sholat bisa dilaksanakan secara khusyuk.
Pada tahun-tahun sebelumnya, masjid Ukhuwah Islamiyah UI melaksanakan sholat Tarawih 8 rakaat dan witir 3 rakaat. Berbeda dengan kali ini, Masjid Ukhuwah Islamiyah mengumumkan akan melaksanakan sholat Tarawih 20 rakaat dan witir 3 rakaat.
Yang lebih menarik, kata Ngatawi, adalah sikap toleran dari jamaah. Ketika sholat Tarawih sudah mencapai delapan rakaat, ada beberapa jamaah yang keluar dari shaf (barisan).
Di antara mereka yang keluar ada yang langsung melaksanakan sholat witir secara sendiri (munfarid) ada juga yang duduk-duduk di dalam masjid sambil berdzikir.
Sedangkan beberapa jamaah lainnya meneruskan sholat tarawih bersama imam sampai 20 rakaat. Setelah jamaah dan imam selesai tarawih 20 rakaat, orang-orang yang duduk dan berdzikir kemudian berdiri dan mengikuti sholat witir secara berjamaah bersama dengan jamaah lain yang tarawih 20 rakaat," jelas Zastrouw.
Hal ini mencerminkan sikap kedewasaan dan kearifan para jamaah dalam menyikapi perbedaan.
Mereka tidak lagi memperdebatkan jumlah rakaat atau mengedepankan pemahaman mereka dalam melaksanakan praktik ibadah. Sebaliknya, para jamaah memiliki caranya sendiri dalam menghadapi perbedaan.
Dia berharap, semoga tradisi menyikapi perbedaan dengan sikap toleran dan moderat yang ada di masjid kampus UI Depok dapat terus dipertahankan dan jamaah yang bersikap.
“Seperti yang saya lihat malam itu jumlahnya semakin banyak, agar ketenteraman dan kedamaian dapat semakin dirasakan banyak orang, sehingga wajah Islam menjadi semakin teduh, sejuk, dan menarik karena dapat menebar kebahagiaan pada semua orang,” kata Zastrouw.