Mengapa Kita Harus Membersihkan Diri di Bulan Ramadhan? (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Heri Ruslan

Rabu 15 Aug 2012 06:50 WIB

Tobat (ilustrasi). Foto: Blogspot.com Tobat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Berdosa sudah merupakan tabiat kita, tetapi di antara kita ada yang bertobat, lalu menjauhi maksiat, dan memohon ampunan kepada Allah.

Ada juga yang tetap berkubang dosa, bahkan makin menggila. Inilah orang merugi yang tidak diberi pintu hidayah.

Akuilah segala dosa-dosa dibulan yang penuh ambunan ini. Bertobatlah kepada-Nya. Serulah Allah Yang Maha Pengasih atas dosa yang telah dilakukan dan dosa-dosa itu sungguh telah banyak. Mengadulah kepada Allah tentang maksiat yang menimpa dan aib-aib telah menggunung.

Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman, “Wahai anak keturunan Adam! Tidaklah engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, kecuali Aku ampuni dosa-dosa yang ada padamu, dan aku tidak akan mempedulikannya lagi."

Wahai orang-orang yang berpuasa, bulan ini adalah kesempatan kita untuk bertobat yang sesungguh-sungguhnya. Hari-hari ini adalah rampasan perang untuk kita. Mengapa kita tidak bersegera mengambil kesempatan dan pampasan perang ini?

Bersegeralah menjemput tobat nashuha, sebelum maut datang menjemput. Jangan anggap remeh dosa-dosa, sesungguhnya amal itu harus sampai tuntas.

Pada tahun lalu, orang-orang berpuasa bersama kita, kemudian mereka kembali ke pangkuan Tuhan mereka Al-Haq, yang mempunyai kuasa menghukumi, dan yang paling cepat membuat perhitungan. Mereka pergi dengan amal, dan meninggalkan jejak.

Allah SWT berfirman, “Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba- hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Asy- Syura, 25).

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Dia yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Sya. andai kata kalian tidak berdosa. niscaya Allah akan melenyapkan kalian. Kemudian Dia akan mendatangkan suatu kaum yang berdosa, kemudian mereka memohon ampunan kepada Allah dan Allah mengampuni mereka."

Sebagian orang yang berpuasa keadaannya istiqomah, prilakunya baik pada bulan Ramadhan. Manakala Ramadhan telah berlalu dan puasa telah pergi, ia kembali kepada keadaan lama dan jalan hidup semula, ia rusakkan apa yang telah ia perbaiki selama bulan Ramadhan, hidupnya dihabiskan untuk merusak dan membangun.

Allah SWT. berfirman, "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya setelah yang sudah dipintal dengan kuat." (QS. An-Nahl, 92).

Kebanyakan para salaf bila Ramadhan telah berlalu, tereka menangis karena berpisah dengannya, mereka menyayangkan kepergiannya, menyesali kepindahan bulan Agung tersebut. Hal itu karena banyaknya amal shaleh yang mereka lakukan, karena kesucian hati mereka, dan kebersihan jiwa mereka.

Sumber : 30 Renungan Ramadhan, Oleh 'Aidh Abdullah Al-Qarni.