Nikmatnya Berpuasa di Musim Panas Ala Muslim AS

Red: Djibril Muhammad

Kamis 11 Aug 2011 17:04 WIB

Muslim AS saat melakukan shalat tarawih Foto: VOA Muslim AS saat melakukan shalat tarawih

REPUBLIKA.CO.ID, Walaupun tidak makan dan minum seharian, kakak beradik Elmasri tetap bermain sepakbola, yang merupakan olahraga kegemaran mereka. "Tidak mudah untuk tidak minum air, ini yang paling sulit," ujar Aisha, salah satu dari dua anak perempuan keluarga Elmasri.

Ia dan Nailah, serta dua kakak mereka, Yusuf dan Omar, mewarisi kegemaran sepakbola dari ayah mereka. Bulan puasa membawa tantangan lebih bagi mereka, apalagi karena Ramadhan tahun ini jatuh di musim panas, sehingga matahari terbenam di atas jam delapan malam. Selain itu, suhu udara juga panas. "Kami cepat lelah dan benar-benar sulit untuk memusatkan perhatian," ujar Omar.

Tapi, Elmasri bersaudara mendapat dukungan dari teman-teman setim mereka yang non-Muslim. Mereka bahkan menjadi lebih ingin tahu mengenai puasa dan Islam.

Ramadhan memang membawa tantangan tersendiri bagi kaum Muslim di Amerika, yang berpuasa di tengah-tengah masyarakat yang kebanyakan tidak menjalankan puasa. Tapi, Ramadhan lebih dari sekadar berpuasa dan disiplin. Ketika matahari terbenam, banyak Muslim Amerika berkumpul di mesjid-mesjid dan berbuka puasa bersama.

"Saya senang menghabiskan bulan Ramadhan di masjid hanya untuk mendapatkan perasaan berkumpul ini," kata Rimel Bagoury yang hijrah ke Amerika dari Mesir ketika berusia 16 tahun. Menurutnya, Ramadhan di Mesir terasa sangat berbeda.

"Saya merasa setiap orang merayakan apa yang saya rayakan. Tetapi, di Amerika, hanya pergi ke tempat kerja, kuliah, atau ke sekolah, tidak setiap orang di sekeliling saya sama. Saya tidak merasakan hal yang sama seperti di Mesir," ujarnya lebih lanjut.

Berkumpul di masjid untuk berbuka puasa, menurut Bagoury, memperkental perasaan kekeluargaan dan silaturahmi seperti yang ia alami di Mesir. Usman Madha, yang juga pernah tinggal di Arab Saudi selama Ramadhan, lebih suka menjalankan ibadah bulan suci Ramadan di Amerika.

Ia mengatakan, "di Arab Saudi, meskipun dikelilingi oleh orang sebangsa, kita merasa sendirian. Tetapi kalau di Amerika, ada sanak saudara dan teman-teman. Meskipun kita tidak berada di negara Muslim, kebersamaan dengan teman-teman dan keluarga serta kerabat terasa berbeda."

Banyak Muslim Amerika mengatakan pengalaman membentuk hubungan yang lebih kuat dan lebih dekat kepada Tuhan membantu mereka mengatasi tantangan berpuasa secara fisik dan mental dalam bulan Ramadhan.