REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Penjualan kue kering berkurang lima puluh persen dari bulan puasa tahun sebelumnya. Leni, salah satu penjual kue kering, mengaku jualannya tidak selaku tahun kemarin.
"Tahun kemarin bisa menjual tiga puluh hingga empat puluh lusin toples per hari," ungkapnya. "Mungkin sekarang orang-orangnya belum gajian. Apalagi, sekarang makin banyak yang jualan kue kering.''
Hal itu pula lah yang menbuat omset penjualan kue keringnya berkurang. Sehari-hari ia datang ke pasar Jatinegara menggunakan motor. Namun, daganganya diangkut dengan mobil pribadinya menggunakan supir.
Dalam satu hari, ia menstok kue kering sebanyak 20 lusin. Stok tersebut berkurang lima puluh persen dari tahun-tahun sebelumnya.
Leni menjual kue kering dari tanggal satu ramadhan hingga satu hari menjelang Lebaran. Di toko kecilnya itu, ia menjual tujuh macam kue kering, yaitu nastar, kue kacang, putri salju, kastengel, kacang karamel, kue kacang, coklat kacang, dan sagon. Satu toples dihargai Rp 15 ribu.
Kue-kue tersebut ia bikin sendiri. Jumlah pegawainya sekitar 20 orang. ''Dalam satu hari, saya biasanya membuat 30 lusin dengan berbagai macam kue kering,'' kata Leli.
Jualannya baru mulai ramai pada satu pekan sebelum lebaran. Dalam sehari, ia bisa menjual sekitar 15 toples. Para hari pertama puasa, ia hanya bisa menjual dua belas toples kue.
''Dari satu toples, saya hanya menarik keuntungan sebesar Rp 500,'' akunya. ''Saya sudah sepuluh tahun berjualan kue kering di pasar Jatinegara dan baru kali ini penjualannya menurun sebesar lima puluh persen.''