REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski awal Ramadhan berbeda, kemungkinan besar dua organisasi massa terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) bakal berlebaran bersama tahun ini.
Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah sudah menetapkan Idul Fitri 1433 Hijriyah bertepatan pada 19 Agustus 2012. Dan peluang NU bakal merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama Muhammadiyah terbuka, lantaran almanak NU tertera 1 Syawal 1433 Hijriyah jatuh pada tanggal yang sama.
Penentuan 1 Syawal memang menjadi polemik setiap akhir Ramadhan. Perbedaan beberapa ormas Islam selalu menuai perdebatan di meja sidang itsbat.
"Metode hisab dan rukyat digunakan Rasulullah. Meskipun almanak menunjukkan tanggalnya sebagai penguat, kita masih memakai rukyat dengan melihat bulan atau hilal," jelas Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Selasa (14/8).
Pria yang akrab disapa Kang Said itu menjelaskan, dalam konteks penampakan hilal, Rasulullah SAW memerintahkan melakukan rukyatulhilak bilfi'li pada petang hari ketigapuluh dari bulan yang sedang berjalan. Maka, imbuh Kang Said, ketika hilal dapat terlihat pada malam itulah dimulai bulan baru.
Namun, apabila hilal tak tampak atau tertutup mendung, malam itu disebut hari ketigapuluh dari bulan yang sedang berjalan (istikmal). Bulan baru pun baru dimulai keesokan harinya.
"Untuk mewujudkan rukyat berkualitas, harus didukung dengan hitungan hisab dan penampakan empirik bulan. Jadi, NU masih menunggu penetapannya saat sidang itsbat digelar pada 18 Agustus nanti," terang Kang Said.
Posisi empirik hilal yang dimaksudnya adalah ketinggian hilal yang mencapai dua derajat. Kemudian umur bulan sudah mencapai delapan jam yang disertai jarak antara matahari dan bulan tiga derajat.