FUUI: Pemerintah Kurang Tegas Satukan OrmasTerkait Penetapan 1 Ramadhan

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Heri Ruslan

Kamis 19 Jul 2012 15:11 WIB

Sidang Isbat Kementerian Agama Foto: Antara Sidang Isbat Kementerian Agama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sidang Isbat untuk menentukan waktu jatuhnya tanggal 1 Ramadhan yang menjadi awal dilaksanakannya puasa bagi umat Islam rencananya akan diselenggarakan pada Kamis (19/7) petang ini.

Namun seperti tahun-tahun sebelumnya, beberapa organisasi masyarakat (ormas) Islam akan berbeda dalam pelaksanaan hari pertama puasa dan akan diikuti pada perayaan Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriyah.

Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) mengatakan hal ini karena pemerintah kurang tegas dalam menyatukan pendapat dari ormas-ormas ini.

"Selama ini pemerintah kurang tegas. Harusnya kita bisa membunuh ego ormas masing-masing untuk kepentingan umat," kata Ketua FUUI, KH Athian Ali M Da'i yang dihubungi Republika, Kamis (19/7).

Athian Ali menambahkan seharusnya umat Islam di Indonesia tidak perlu berbeda dalam melaksanakan hari pertama puasa. Selama ini setiap ormas mempertahankan ego masing-masing dengan pendapatnya mengenai penentuan hari pertama puasa ini.

Logikanya, ia melanjutkan, jika di sebuah daerah di mana matahari terbit dan tenggelamnya sama, tidak mungkin berbeda hingga satu hari dalam penentuan hari pertama puasa. Umat Islam di Indonesia sudah semakin bingung dan tidak dapat dihibur untuk menghormati perbedaan hari pertama puasa.

"Mau sampai kapan seperti ini? Kita kan diajarkan untuk bersatu, bukannya untuk berbeda-beda," ujarnya.

Menurutnya adanya perbedaan ini dapat diatasi pemerintah dengan mengumpulkan seluruh perwakilan ormas di Indonesia. Kemudian para perwakilan ini mendiskusikan di suatu tempat tertutup mengenai cara atau rumusan untuk melihat hilal yaitu dengan rukyah atau hisab.

Pasalnya yang menjadi perbedaan dalam penetapan awal bulan puasa ini berawal dari penggunaan metode yang dilakukan dalam melihat hilal, apakah dengan rukyah atau hisab. Para ahli astronomi di Indonesia seperti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Observatorium Bosscha juga dapat dilibatkan dalam diskusi ini.

Kemudian untuk melihat hilal dengan dua derajat sudah tepat atau belum, juga harus diputuskan. Setelah mencapai sebuah kesepakatan, sidang isbat pun dapat dilakukan dengan mudah dan segera dilakukan ijtihad mengenai waktu awal bulan puasa. Sehingga tidak lagi ada perbedaan dalam pelaksanaan hari pertama puasa. FUUI sendiri mengikuti keputusan pemerintah dalam pelaksanaan hari pertama puasa.

Ia juga menyarankan untuk tidak menayangkan sidang isbat secara langsung di stasiun-stasiun televisi. Sidang isbat dapat dilakukan di ruang tertutup dan baru kemudian hasilnya berupa ijtihad dapat dipublikasikan kepada masyarakat umum.

"Saran saja agar tidak ditayangkan. Malu rasanya mempertontonkan kebodohan kita yang meributkan pelaksanaan hari pertama puasa. Bangsa lain sudah sampai nginjek bulan, kita masih saja ribut untuk urusan seperti ini," tegasnya.

 

Terpopuler