Berkah Ramadhan Bagi Pembuat Penganan Khas

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Heri Ruslan

Kamis 19 Jul 2012 14:34 WIB

Pasar Kue Subuh Foto: Republika Pasar Kue Subuh

REPUBLIKA.CO.ID, Sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat, kebutuhan akan aneka jenis ‘makanan ringan’ selalu melonjak saat Ramadhan tiba. Puncaknya akan berlangsung saat menyambut Lebaran nanti.

Sehingga Ramadhan dan Lebaran selalu ‘mengalirkan’ berkah tersendiri bagi para pembuat makanan ringan dan aneka penganan tersebut. Karena permintaan atau pesanan yang berlipat.

Seperti tahun- tahun sebelumnya, Ramadhan dan Lebaran pun  memberikan berkah bagi Giyono (56), mantan teknisi mesin pabrik yang ‘banting setir’ membuat aneka penganan dan kue.

Warga Dusun Pancuran, Desa Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang ini selalu kebanjiran pesanan untuk kebutuhan Ramadhan maupun Lebaran.

Namun bukan penganan jenis puteri salju, nastar, kastengel, brownies atau jenis penganan lain yang jamak mengisi toples saat ‘hari kemenangan’ tiba.

Namun berbagai jenis makanan ringan khas dan lebih tradisional, seperti onde- onde ceplis, widharan, rengginan, semprong, unthuk cacing, kembang goyang dan opak ketan.

“Jika tiap hari masing- masing jenis penganan ini hanya membuat 5 kilogram, menghadapi Ramadhan dan Lebaran ini saya bisa membuat hingga 20 kilogram tiap jenis penganan,” ujarnya, Rabu (19/7).

Hal ini, jelasnya, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan atau pemesanan makanan khas local yang cenderung mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat.   

Oleh karena itu, sejak bulan Ruwah (red; Sya’ban) produksi aneka penganan ini sudah mulai ditingkatkannya guna memenuhi pesanan. “Tiap hari, setiap jenis penganan khas ini saya buat hingga 20 kilogram,” ungkap pria yang lebih dikenal dengan sebutan ‘Giyo Opak’ ini.

Selain ke pasar tradisional --seperti Pasar Jimbaran, Pasar Projo Ambarawa, Pasar Kliwon Temanggung dan Pasar Bandarjo Ungaran— ia juga  memasok penganan buatannya untuk sejumlah toko roti dan pusat oleh- oleh yang ada di Kabupaten Semarang.

Yang menarik, penganan dan kue khas buatan Giyono ternyata juga dipesan untuk ‘buah tangan’ ke luar negeri, seperti Singapura, Taiwan dan Hongkong.

Para TKW --asal Kabupaten Semarang-- yang mudik, jamak memesan penganan ini untuk di bawa sebagai oleh- oleh saat balik. “Seperti opak ketan, kembang goyang dan rengginan,” jelasnya.

Seiring meningkatnya permintaan dan pesanan kebutuhan Lebaran, Giyono pun harus memutar otak untuk mengantisipasi kerugian. Sebab menjelang Ramadhan sejumlah bahan baku utama yang dibtuhkannya sudah mengalami kenaikan harga.

Seperti tepung ketan, gula pasir, beras ketan dan minyak goreng. Kiat yang dilakukannya dengan menaikkan harga semua jenis penganan ini agar tidak merugi.

Namun kenaikan harga ini tak terlalu banyak dan hanya sebatas menyesuaikan. Misalnya untuk onde- onde ceplis, widharan dan unthuk cacing yang biasanya hanya dijual Rp 28.000 per kilogram, sekarang dijual Rp 30.000 per kilogram.

“Demikian pula opak ketan, semprong dan kembang goyang yang biasanya hanya dijual Rp 20.000 per kilogram, sekarang dijual Rp 22.000 per kilogram,” paparnya.

Terpopuler