Yuk! Lihat Suasana Ramadhan WNI di Mesir

Red: Djibril Muhammad

Selasa 09 Aug 2011 09:46 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Hari ke-8 Ramadhan 1432 Hijriyah pada Senin (8/8) malam, ANTARA sengaja shalat taraweh berjamaah di Masjid Indonesia di Kairo, Mesir. Sekitar 200 warga negara Indonesia (WNI) memadati Masjid Indonesia pada malam kesembilan Ramadhan tersebut untuk taraweh diselingi ceramah dan ditutup dengan makan ringan khas Indonesia usai shalat.

"Suasana kehangatan dan keakraban di masjid ini tak ubahnya seperti Ramadhan di Indonesia," ujar Zainul Mustafa, mahasiswa asal Madiun, Jawa Timur, yang telah dua kali menjalankan Ramadhan di Negeri Seribu Menara ini.

Pada malam itu, bertindak sebagai imam adalah Ustadz Muttaqin, muazzin (tukang azan) Ustadz Ahmad Fauzan dan penceramah Ustadz Muhmammad Yasir, semuanya mahasiswa Al Azhar. Sponsor penyediaan hidangan ringan usai shalat Tarawih dilakukan secara bergilir setiap malam dari para staf KBRI dan guru-guru Sekolah Indonesia Kairo.

Malam Taraweh kesemebilan itu penyedia hidangan ringan adalah Ali Andika Wardhana, staf Fungsi Protokol dan Konsuler KBRI Kairo, yang juga Ketua Pengurus Masjid Indonesia Kairo. Menurut Ahmad Fauzan, salah satu pengurus Masjid Indonesia, sudah menjadi tradisi, masjid ini melaksanakan shalat tarawih sepanjang bulan suci Ramadhan.

Nasrun Nasution, WNI asal Sumatera Utara yang telah belasan tahun tinggal di Mesir mengatakan ia bersama keluarganya selalu shalat Tarawih di Masjid Indonesia setiap Ramadhan. Masjid Indonesia yang beralamat 63 Mossadak Sreet, Dokki, Giza, Cairo Barat, itu memiliki beberapa kegiatan seperti Majelis Taklim, Remaja Masjid dan shalat Jumat.

Masjid Indonesia terletak di lantai dasar gedung berlantai empat yang di dalam terdapat Sekolah Indonesia Kairo, Pusat Kebudayaan dan Informasi (Puskin-KBRI), perpustakaan dan tempat Kursus Bahasa Indonesia secara gratis untuk warga Mesir dan warga asing di Mesir.

Masjid ini resmi dimanfaatkan pada 2002 oleh Duta Besar RI untuk Mesir ketika itu, Quraish Shihab atas persetujuan Kementerian Wakaf Mesir. Jamaah Masjid Indonesia umumnya mahasiswa, di samping keluarga staf KBRI dan Sekolah Indonesia Kairo serta masyarakat Indonesia setempat.

Khusus untuk mahasiswa yang sebagian besar berdomisili di Madinat Nasr, sekiar 35 kilometer arah timur Masjid Indonesia, disediakan dua unit bus antar-jemput selama Ramadhan guna tarawih berjamaah.

Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, Falahuddin Nursalim mengatakan kehadiran Masjid Indonesia merupakan rahmat karena memberi kehangatan jalinan kekeluargaan antara masyarakat Indonesia di negeri rantau ini.

"Kehangatan antarwarga Indonesia tercermin dengan adanya shalat tarawih berjamaah di Masjid Indonesia," katanya.

Falahuddin menjelaskan, mahasiswa Indonesia di Mesir saat ini tercatat sekitar 3.500 orang. Lebih dari 2.400 mahasiswa di antaranya yang dievakuasi ke Indonesia akibat krisis politik dan keamanan di Mesir pada Februari lalu, hampir semuanya telah kembali untuk melanjutkan kuliah di Universitas Al Azhar, ujar Falahuddin.

Atase Pendidikan KBRI Kairo, Prof. Sangidu, menyatakan rasa syukurnya dengan adanya tarawih berjamaah di Masjid Indonesia ini menciptakan keakraban di antara masyarakat Indonesia setempat.

Maidatur Rahman Ketua Himpunan Keluarga Mahasiswa Pesantren Al Khairaat (HIKMAT) Mesir, Andika Al Muhammadi, mengungkapkan bahwa ia dan umumnya mahasiswa Indonesia Maidatur Rahman untuk berbuka puasa.

"Sejak awal puasa, saya dan banyak mahasiswa Indonesia berbuka puasa di Maidatur Rahman," ujar Andika, mahasiswa asal Gorontalo, Sulawesi Utara tersebut. Maidatur Rahman merupakan tradisi buka puasa bersama secara gratis di Mesir yang disediakan di setiap masjid dan tempat-tempat umum oleh para dermawan.

Ketua Perhimpunan Mahasiswi, Wihdah-PPMI, Wafiyah Ahdiyah mengatakan ia dan para mahasiswi Indonesia lainnya selalu memanfaatkan Maidatur Rahman untuk berbuka puasa. "Maidatur Rahman itu biasanya berisi kotak nasi dan daging atau ayam. Ya lebih dari cukup untuk berbuka, bahkan bisa untuk sahur," ujar Wafiyah, mahasiswa asal Depok, Jawa Barat itu.

Wafiyah mengungkapkan, biasanya para mahasiswa berbuka pausa di tempat Maidatur Rahman, namun untuk mahasiswi mereka membawa pulang ke rumah untuk berbuka bersama rekan-rekan. Ungkapan senada diutarakan Makiyah Zaidan, mahasiswi asal jawa tengah dan Ehsan Nur, mahasiswa asal Semarang.

Humaidi, mahasiswa asal Jawa Barat, mengaku selalu berbuka puasa di Maidatur Rahman di Masjid Jafari, pusat kota Kairo. "Maidatur Rahman di masjid ini cukup ramai orang berbuka puasa karena menjadi salah satu pusat kegiatan Tarekat Jafariyah," ujar Humaidi, mahasiswa tingkat tiga fakultas Sastra Arab, Universitas Al Azhar itu.

Sementara itu, di Sekretariat PPMI di Wisma Nusantara, seorang dermawan Mesir menyediakan Maidatur Rahman untuk mahasiswa Indonesia. "Bahkan Maidatur Rahman di Sekretariat PPMI ini ini bukan hanya dinikmati oleh mahasiswa Indoensia, tapi juga mahasiswa asing lainnya seperti dari Thailand, Filipina dan Turki," kata Presiden PPMI Falahuddin Nursalim.