Mudik, Pedagang Menjamur di Pinggir Jalan

Red: Djibril Muhammad

Ahad 12 Aug 2012 13:45 WIB

Pedagang pinggir jalan Pedagang pinggir jalan

REPUBLIKA.CO.ID, NEGARA - Padatnya arus mudik dimanfaatkan warga Kelurahan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali, yang berdagang di sepanjang jalur mudik, untuk menambah penghasilan menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Pantauan di Gilimanuk, Ahad (12/8), rata-rata warga berjualan makanan dan minuman di ruas jalan utama dari arah Denpasar, yang berjarak sekitar satu kilometer dari pelabuhan.

"Kalau menggelar dagangan terlalu dekat dengan pelabuhan justru tidak laku, sebab pemudik tidak turun dari kendaraan karena bersiap-siap masuk pelabuhan," kata Bu Jono, salah seorang pedagang.

Jika aparat kepolisian dan pelabuhan melakukan berbagai antisipasi agar tidak terjadi antrian panjang, para pedagang ini justru berharap terjadi kemacetan hingga ke lokasi mereka berjualan. "Kalau tidak macet panjang, jualan kami bisa-bisa tidak laku," ujar Bu Jono sambil tertawa.

Untuk mendapatkan hasil yang besar, selain menggelar dagangan di pinggir jalan dengan membuat warung yang bisa dibongkar pasang, Bu Jono mengaku, ia juga akan berjualan keliling saat macet.

Menurutnya, jualan keliling di sela-sela kendaraan yang antri masuk pelabuhan, lebih banyak mendapatkan hasil daripada hanya menunggui dagangannya. "Saya akan berjualan keliling dari sini sampai tepat pintu masuk pelabuhan," katanya.

Namun, perempuan yang baru saja berhenti berjualan di dalam Pelabuhan Gilimanuk ini mengungkapkan, dibanding tahun sebelumnya pembeli saat ini lebih sepi. "Kalau pemudik sudah lewat jauh hari sebelum lebaran seperti saat ini, biasanya nanti saat puncaknya tidak terlalu ramai," ujarnya.

Jika antrian panjang terjadi hingga berhari-hari, Bu Jono mengaku, bisa mendapatkan untung bersih hingga Rp 1 juta untuk satu minggu berjualan. Namun jika sepi, ia memperkirakan, untung tersebut bisa tinggal separuhnya saja.

"Kalau cuma untung Rp 500 ribu seminggu tidak sebanding dengan capeknya, karena kita berjualan siang hingga dinihari," katanya.

Pedagang yang berjualan di sepanjang jalur mudik ini, hanya membayar penerangan warung Rp60 ribu hingga arus balik nanti. Lurah Gilimanuk, Gusti Ngurah Rai Budi mengatakan, seluruh pedagang yang berjualan merupakan warga kelurahan tersebut.

Karena merupakan rejeki tiap tahun, Rai Budi mengaku, pihaknya tidak pernah memungut retribusi warung-warung tersebut. "Mereka jualan juga hanya setahun sekali. Saya justru bersyukur arus mudik bisa meningkatkan penghasilan ekonomi warga saya," katanya.

Terpopuler