Krisis Suriah, Tak Ada Makanan Atau Minuman Tradisional Lagi Saat Ramadhan

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah

Rabu 13 Apr 2022 13:19 WIB

Seorang penjual dan pelanggan sama-sama mengenakan sarung tangan di sebuah toko di lingkungan al-Midan menjelang bulan Ramadhan di Damaskus, Suriah (21/4/2020). Krisis Suriah, Tak Ada Makanan Atau Minuman Tradisional Lagi Saat Ramadhan Foto:

1

Harga melonjak di bulan Ramadhan

Kenaikan harga bahan baku membuat harga makanan Ramadhan melonjak, tetapi toko kue yang mengkhususkan diri pada roti maarouk masih memproduksi dan menjualnya dengan harga berbeda. Harga sekantong tepung (50 kilogram) telah mencapai 90 ribu pound Suriah (Rp 258 ribu), dan mungkin akan naik lebih dari itu pada periode mendatang karena kekurangan bahan seperti minyak goreng.

Salah seorang pemilik toko kue di lingkungan Salahuddin di Aleppo, Issam (51 tahun) mengatakan harga tepung tidak tetap dan minyak tidak lagi tersedia seperti sebelumnya. Dengan sedikit pelanggan selama minggu pertama Ramadhan, Issam tetap bekerja di tokonya, yang meliputi empat toko roti yang memproduksi maarouk, baguette, dan kue kering seperti croissant dan petit four.

"Harga gas memasak untuk restoran meningkat, karena kami dulu menukar tabung gas dengan 190 ribu pound Suriah (sekitar Rp 646 ribu) dan kadang-kadang 210 ribu (Rp 789 ribu), tetapi sekarang harganya telah meningkat menjadi 240 ribu Pound Suriah (Rp 933 ribu)," katanya.

Kenaikan harga di kota Aleppo telah membuat sebagian besar keluarga kehilangan hidangan utama untuk berbuka puasa. Tetapi selama bulan Ramadhan saat ini, keluarga-keluarga ini puas dengan satu kali makan sebagai hidangan buka puasa untuk keluarga yang terdiri dari lima orang. 

Terpopuler