REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ramadhan bukan hanya tentang menahan diri dari makanan dan minum, atau pun tentang beribadah saja. Dalam syariat Islam disebutkan bahwa setiap individu memikul tanggung jawab masing-masing atas kebaikan ataupun keburukan yang diperbuat.
Dilansir di Khaleej Times, Kamis (7/4), saat ini masyarakat dunia tak segan-segan untuk mengekspos dan memfitnah orang lain di hadapan umum. Padahal dalam Islam, berbicara buruk tentang seseorang sama sekali tidak dibenarkan dan termasuk dengan perbuatan pembunuhan karakter.
Kebiasaan mencari-cari kesalahan orang lain telah menyebar bagaikan virus di masyarakat. Padahal Islam memberikan petunjuk jelas mengenai pentingnya menjaga aib orang lain, atau tidak membicarakan kesalahan orang lain di depan umum.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Laa yasturu abdun abdun fi ad-dunya illa satarahullahu yaumal-qiyamah,”. Yang artinya, “Tidakah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak,”.
Ada beberapa kasus luar biasa di mana seseorang dapat berbicara tentang kesalahan seseorang jika itu membantu dalam mereformasi orang tersebut atau untuk tujuan kepentingan sosial. Hal seperti ini diperbolehkan.
Contohnya adalah jika seorang pria harus menikahi seorang wanita dan dia bertanya kepada orang lain tentang karakternya, adalah kewajiban orang yang telah dimintai nasihatnya untuk memberinya informasi yang benar tentang orang tersebut dengan cara yang benar.