REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernikahan begitu sakral dan agung dalam ajaran Islam. Alquran surah an-Nisa ayat 21 bahkan menyebut pernikahan sebagai mitsaqon gholidzo yang berarti perjanjian agung.Pendakwah yang juga Ketua Pembina Yayasan Dakwah Percikan Iman, Ustaz Aam Amiruddin, menjelaskan, lewat perjanjian tersebut, pernikahan diharapkan bisa melahirkan ke baikan-kebaikan atau amal-amal saleh yang dikerjakan pasangan suami istri beserta keturunannya.
Selain itu, dia menjelaskan, pernikahan menjadi ibadah yang terlama dibanding dengan ib adah lainnya. Ustaz Aam mencontohkan, ibadah sha lat yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri salam umumnya hanya berlangsung beberapa menit, begitu pun dengan ibadah puasa yang hanya berlangsung dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Sementara itu, pernikahan dimulai sejak terjadinya proses ijab kabul yang sah. Pada umumnya, tali perkawinan berakhir karena maut yang memisahkan pasangan suami- istri tersebut. Ustaz Aam juga menyebut, pernikahan sebagai sekolah terlama. Orang yang menikah akan menjalani kehidupan sebagai suami- istri dan menjadi orang tua.
"Karena yang namanya rumah rangga itu belajar terus. Sejak awal nikah kita sudah belajar tentang pasangan kita. Dulu kita keluar rumah bisa pergi dan pulang kapan pun, sekarang kita harus menjaga perasaan pasangan hidup kita, harus memberi tahu dulu untuk pergi. Nah, yang seperti ini kan perlu belajar. Ternyata yang namanya rumah tangga itu sekolah yang paling lama," kata Ustaz Aam saat mengisi kajian virtual yang diselenggarakan Badan Kerohanian Islam Mahkamah Konstitusi Republika Indonesia beberapa waktu lalu dengan tema Ramadhan Tiba Solidkan Keluarga.
Lebih lanjut, Ustaz Aam menjelaskan, pernikahan juga membuat seorang akan menjalani kebersamaan hidup dengan pasangannya dalam waktu yang lama. Sering kali pasangan suami- istri bisa bertahan hidup bersama membangun keluarga hingga tiga puluh atau empat puluh tahun lamanya. Karena itu, sering kali usia hidup bersama pasangan jauh lebih lama dibanding dengan anggota keluarga lainnya. Di samping itu, ujar Ustaz Aam, pernikahan memiliki kekuatan untuk menyatukan dua keluarga besar.
Ustaz Aam mengajak setiap keluarga Muslim untuk terus mengevaluasi keluarganya masing- masing. Terlebih, jelang bulan suci Ramadhan yang menjadi momentum untuk mengonsolidasikan keluarga sehingga menjadi keluarga yang berkah. Ustaz Aam mengatakan, keluarga berkah dapat terlihat dari beberapa ciri. Di antaranya adalah setiap anggota keluarga memiliki jiwa pemaaf dan musyawarah. Menurut dia, pasangan suami-istri yang langgeng hubungan perni kahannya karena di antara mereka memiliki jiwa memaafkan terhadap pasangannya. Sementara itu, banyak pasangan suami istri yang bercerai sebab tidak adanya jiwa memaafkan.