REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Bulan suci Ramadhan 1442 H kini telah memasuki fase akhir. Tinggal menghitung hari, bulan yang penuh kemuliaan ini akan segera meninggalkan umat Islam.
Penghulu Muda Pada KUA Kuta Malaka Aceh Besar, Ustadz Muhammad Nasril, Lc MA, mengatakan tidak ada manusia yang bisa memastikan apakah dia akan kembali bertemu Ramadhan tahun depan atau tidak. Untuk itu, saat ini adalah momentum yang tepat untuk mengevaluasi serangkaian amalan selama hari-hari Ramadhan yang telah berlalu.
"Sehingga pada 10 akhir menjadi modal untuk lebih semangat dibandingkan sebelumnya, dan pada akhir Ramadhan ini terdapat bonus besar, yaitu Lailatul Qadar," katanya saat menyampaikan tausiyah daringnya, dikutip Republika.co.id, Senin (3/5).
Ustadz Nasril mengatakan, Lailatul Qadar merupakan malam yang paling dinanti umat Muslim di seluruh belahan bumi saat Ramadhan. Sebagaimana digambarkan dalam Alquran bahwa kemuliaannya lebih baik dari seribu bulan. Dalam surat Al Qadr ayat 1-3 Allah SWT berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ# وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ# لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."
Untuk itu, dia menyarankan sudah seharusnya, 10 hari terakhir Ramadhan ini menjadi puncak ibadah kita. Karena, pada fase ini menjadi penentu bagi siapa saja yang berhak disematkan gelar takwa, yaitu tujuan ibadah puasa, dan ke depan menjadi insan lebih taat.
Namun ada fenomena memilukan di tempat kita, dan terasa miris, di akhir Ramadhan, banyak orang yang mulai lupa bahwa mereka sedang dalam bulan yang dilipatgandakan pahala dan bulan peluang menjadi insan muttaqin.
Kita bisa melihat kondisi pasar, mal, warung kopi mulai ramai, target Ramadhan tidak tercapai dan Lailatul Qadar berlalu begitu saja. "Padahal keberadaan Lailatul Qadar ini pasti, namun kapan waktunya selalu menjadi misteri," katanya.
Ustadz Nasril memastikan, tanggal kedatangannya tidak ada yang dapat memastikan. Tidak ada dalil yang menyebutkan secara terang kapan waktunya terjadi, sehingga terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama.