REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Meskipun pemerintah sudah membuka kembali pasar Ramadhan, beberapa warga Malaysia mengatakan mereka takut lonjakan kasus Covid-19. Sebab, penerapan protokol kesehatan di pasar dinilai buruk.
Tahun lalu, pemerintah menutup pasar saat awal pandemi menyerang Malaysia untuk membatasi penyebaran virus. Sekarang pasar diizinkan beroperasi asalkan pedagang dan pengunjung mematuhi prosedur operasi standar (SOP) yang ketat dan pemeriksaan.
Awal bulan ini, Dewan Kota Kuala Lumpur mengatakan 65 pasar akan diizinkan beroperasi mulai pukul 15.00 sampai pukul 20.00 malam waktu setempat selama Ramadhan. Dewan kota juga menegaskan kepatuhan SOP adalah yang paling penting, terutama wajib menggunakan masker, mengecek suhu, dan mendaftarkan diri melalui aplikasi khusus.
Pasar Ramadhan Malaysia sudah ada sejak 1980-an. Aktivis Budaya yang berfokus pada budaya Melayu, Eddin Khoo mengatakan konsep tersebut mendapatkan popularitas karena budaya berbagi makanan.
“Pada 1970-an, itu adalah industri rumahan berskala kecil yang didasarkan pada gagasan makan bersama,” kata Khoo kepada Arab News.
Nilai jual unik pasar ini adalah melayani baik Muslim dan non-Muslim di Malaysia. Pasar biasanya dihadiri oleh ribuan orang, yang keluar untuk makan larut malam setelah berbuka puasa saat matahari terbenam atau waktu buka puasa.
Ada ratusan kios dengan pedagang asongan dan pedagang kaki lima yang menjual hidangan lokal dan makanan panas. “Tahun lalu, semua orang sangat merindukan pasar ketika mereka dibatalkan karena pandemi. Saat itulah kami menyadari betapa pentingnya mereka bagi komunitas Malaysia,” ujar dia.
Adit Rahim (44 tahun) mengatakan ukuran pasar lebih kecil dibandingkan beberapa tahun terakhir. Namun, dia tetap pergi ke sana dan berharap kondisi pandemi di Malaysia semakin membaik.
Pada Senin (26/4), Malaysia mencatat 395.718 kasus Covid-19 dan 1.449 kematian. Sementara itu, total pasien pulih meningkat menjadi 369.556.
Rahim mengaku meskipun SOP sudah ada, SOP tidak dijelaskan dengan baik, didokumentasikan atau disebarluaskan di pasar. “Saat saya sampai di konter pendaftaran, saya harus mengingatkan aparat penegak hukum untuk menegakkan jarak fisik, terutama dengan kehadiran anak-anak,” kata dia.
Nurul Syazwani Yahi (29) mengatakan dia senang mengunjungi pasar tapi dia juga khawatir akan lonjakan kasus Covid-19. “Saya percaya kebersihan dasar perlu lebih ditekankan di pasar karena masih sangat buruk,” ucap dia.
Dilansir Arab News, Selasa (27/4), Walikota Mahadi Che Ngah mengatakan protokol kesehatan diperlukan agar pasar berlangsung lancar. Untuk mengendalikan kerumunan di pasar, wali kota mengatakan tim penegakan hukum yang terdiri dari pejabat dari berbagai departemen dalam dewan telah dikerahkan di pasar.
“Kami juga bekerja sama dengan polisi dan departemen imigrasi selama periode tersebut,” tambah dia.
https://www.arabnews.com/node/1849526/world