REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Puasa di bulan Ramadhan merupakan suatu ibadah yang memilki banyak hikmah. Di antararanya, puasa akan memerlihatkan kelemahan umat manusia. Tidak hanya itu, masih banyak hikmah yang terdapat dalam ibadah ini.
Dalam bukunya yang berjudul Misteri Puasa, Hemat dan Syukur, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan diilihat dari fungsinya yang dapat menghancurkan perasaan berkuasa milik nafsu, sekaligus memperkenalkan ubudiyahnya dan memperlihatkan kelemahannya, puasa Ramadhan memiliki sejumlah hikmah.
Menurut Nursi, nafsu tersebut cenderung tidak ingin mengenal Tuhannya. Bahkan ia ingin merasa memiliki kekuasaan dengan sifat keangkuhan yang melampaui batas. Meskipun mendapat siksa dan tekanan, benih dari perasaan berkuasa tersebut masih tetap ada.
“Benih itu baru bisa hancur dan tunduk di hadapan rasa lapar. Demikianlah, puasa Ramadhan yang penuh berkah menjadi pukulan keras yang langsung mematikan sifat keangkuhan nafsu manusia. Ia menghancurkan kekuatannya, memperlihatkan kelemahan dan kefakirannya, serta memperkenalkan ubudiyahnya,” jelas Nursi.
Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Allah berkata kepada nafsu manusia, “Siapa Aku dan siapa engkau?” Nafsu manusia menjawab, “Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.” Mendengar jawaban tersebut, Tuhan menyiksa dan melemparkannya ke dalam neraka jahannam.
Lalu Allah kembali bertanya dan nafsu manusia tetap memberikan jawaban yang sama, “Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.” Meskipun mendapatkan berbagai siksa, Nafsu tetap bertahan dengan keangkuhan dan ke-aku-annya.
Lalu Allah menyiksanya dengan rasa lapar atau membiarkannya berada dalam kondisi lapar. Kemudian Allah bertanya, “Siapa Aku dan siapa engkau?” nafsu manusia menjawab, “Engkau adalah Tuhanku Yang Maha Penyayang, sementara aku adalah hamba-Mu yang lemah.”