REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Suatu ketika, pada bulan Ramadhan Rasulullah SAW berbincang-bincang dengan beberapa sahabat beliau. Salah seorang di antara mereka ialah Abu Dzar Al-Ghifari yang merupakan penerus tahta ayahnya selaku pemimpin besar perampok kafilah, yang melewati jalur perdagangan Makkah-Suriah yang dikuasai suku Ghifar.
Syekh Ahmad Rofi Usmani dalam bukunya "Pesona Ibadah Nabi" menyampaikan, meski melakukan perbuatan jahat, hati kecil Abu Dzar sebenarnya menolak. Akhirnya kemudian melepaskan semua jabatan dan kekayaan yang dimilikinya. Kaumnya pun disuruhnya untuk berhenti merampok.
"Namun, kaum yang marah dan memusuhinya," katanya.
Ia pun pindah ke Nejd bersama ibunya dan saudara laki-lakinya, Unais. Di tempat yang baru dia menghadapi penduduk yang suka berbuat onar. Dia juga berusaha mengajak mereka kepada kebaikan.
"Namun, penduduk Nejd mengejek malah mengusirnya dan dia pun pindah ke sebuah perkampungan dekat Makkah," katanya.
Di tempat itulah kata Syekh Muhammad Zakariya dia mendengar tentang Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam ketika akhirnya dia menyatakan keislamannya di depan Ka'bah, Makkah. Sejak itu sahabat yang hidup sangat sederhana ini membaktikan hari-harinya untuk Islam.
Baca juga : Mualaf Aaron: Hidayah Datang Sebelum Mencoba Bunuh Diri
"Tugas pertama yang diembanya dari Nabi Muhammad SAW, ialah mengajarkan Islam di kalangan sukunya," katanya.
Selepas memperbincangkan berbagai hal, Rasulullah SAW tiba-tiba berpaling ke arah Abu Dzar, sahabat yang selalu menentang segala bentuk penumpukan harta, dan bertanya kepadanya.
"Wahai Abu Dzar jika engkau bermaksud melakukan perjalanan, bukankah engkau melakukan persiapan?
"Tentu wahai asulullah,"Jawab Abu Dzar.
Meski dia belum sepenuhnya tahu kemana arah pertanyaan Rasulullah SAW tersebut.
"Lalu bagaimana jika engkau berjalan menuju hari kiamat?"Tidak ingin kah engkau kuberitahu, wahai Abu Dzar persiapan apa yang bermanfaat bagimu untuk menyambut hari itu?" Kata Nabi.
"Tentu ingin sekali wahai Rasulullah demi ayah dan ibuku." Jawab Abu Dzar dengan antusias.
"Abu Dzar!" Tegas beliau menjelaskan."
Berpuasalah pada hari yang sangat terik sebagai bekal pada hari kebangkitan? "Lakukanlah salat dua rakaat di dalam ke kekelaman malam sebagai bekal bagi kepekatan kubur! tunaikanlah ibadah haji sekali sebagai bekal untuk menghadapi urusan-urusan besar! Bersedekahlah dengan sesuatu kepada orang miskin, atau dengan perkataan benar yang kau ucapkan, atau dengan perkataan buruk yang engkau tahan untuk tidak engkau ucapkan.!"
Dalam hadist lain Abu Dzar juga pernah menerima pesan Nabi SAW untuk melakukan tujuh hal:
1. Mengasihi orang miskin dan mengakrabi mereka
2. Melihat orang yang lebih rendah kedudukannya serta tidak melihat orang yang tinggi kedudukannya darinya.
3. Tidak meminta-minta sesuatupun kepada seseorang
4 Melakukan silaturahmi.
5. Berkata benar meski pahit
6. Tidak takut celaan dari orang yang suka mengkritik asal tetap jalan Allah.
7 memperbanyak ucapan laa haula wala quwwata illa billah