Cerita Puasa Ramadhan di Selandia Baru

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil

Senin 12 Apr 2021 12:27 WIB

Cerita Puasa Ramadhan di Selandia Baru. Foto ilustrasi: Masjid Al Noor di Deans Avenue, Christchurch, Selandia Baru Foto:

1

Ramadhan di Selandia Baru

Ramadhan yang berlangsung di Selandia Baru tidak berbeda jauh dengan di belahan negara lain. Muslim Selandia Baru juga menyambut Ramadhan dengan penuh kegembiraan.

Namun sebagai negara minoritas tentu berbeda dengan mayoritas muslim yang banyak melakukan penyesuaian kegiatan sehari-hari karena memprioritaskan umat yang sedang berpuasa. Seperti jam kerja yang lebih pendek dan jam buka toko yang lebih lambat.

Selain itu semakin banyak muslim yang melaksanakn shalat berjamaah di masjid-masjid. Di jalanan akan banyak sekali penjual dadakan yang menjajakan makanannya untuk berbuka dan makan sahur.

Cheema mempertanyakan siapa orang yang rajin memasak sebelum subuh begitu banyak dan pergi ke restauran. Ternyata kebiasaan ini populer di Lahore, Pakistan karena jalanan yang tidak macet, cuaca yang mendukung dan tidak perlu antri panjang untuk membeli makanan.

Sedangkan di Selandia Baru, muslim hanya dapat menciptakan nuansa Ramadhan di dalam rumah mereka sendiri dan dengan teman-teman dekat saja. Bagaimana Muslim menjalankan Ramadhan tergantung pada kota tempat mereka tinggal.

Sebagai contoh, Cheema hampir tidak pernah memasak makan malam ketika tinggal di Palmerston North. Dia lebih sering makan di Massey Islamic Center, masjid kota.

Bukan karena dia sangat religius tetapi karena dia suka bertemu banyak orang dan tidak suka memasak. Dia dulu tinggal di Nelson di mana umat Islam biasanya berbuka puasa di rumah mereka, kemudian berbagi buka puasa bersama di akhir pekan diikuti dengan sholat Tarawih di Islamic Center.

Saat ini dia tinggal di Tauranga. Ada komunitas Muslim yang besar dan buka puasa biasanya diadakan di masjid. Dia juga makan bersama teman dan keluarga.

Salah satu teman Pakistannya, Saima telah mengundang seluruh komunitas Pakistan untuk buka puasa,  Sabtu pertama di rumahnya. Teman dia yang lain baru-baru ini mengatakan kepadanya bahwa dia menyukai Ramadan di Selandia Baru karena dia tidak harus menghabiskan waktu untuk berbelanja dan menjamu tamu.

Dia berkata bahwa dia mendapat lebih banyak waktu untuk fokus pada shalat ibadah utama lain dari Ramadhan. Tentu saja, orang lain lebih suka berada di negara mayoritas Muslim.

Muslim yang berbeda memandang dan mempraktikkan Ramadhan secara berbeda. Itu semua tergantung pada budaya, jenis kelamin, usia, tingkat iman, pekerjaan dan komitmen keluarga. Beberapa tidak berpuasa. Beberapa hanya berpuasa sebentar-sebentar, misalnya, pada hari-hari tertentu saja. Tetapi mayoritas Muslim mencoba untuk tetap melaksanakan puasa Ramadhan selama satu bulan penuh.

Cheema juga menceritakan pengalaman puasa anak-anak, terutama anaknya sendiri. Putrinya yang berusia delapan tahun, suatu kali selama Ramadhan, dia pulang dari sekolah dan mengatakan kepadanya bahwa dia melewatkan teh paginya dan menunggu untuk makan sampai makan siang karena dia sedang berlatih puasa.

Dia pun bertanya alasan putrinya melakukan hal tersebut. Dia bilang dia ingin berpuasa seperti teman-temannya. Dia terlalu muda untuk berpuasa, tapi dia berteriak dan memohon dan mengatakan dia harus diizinkan. Hal yang sama terjadi pada banyak anak Muslim. Cheema melakukan hal yang sama sebagai seorang anak.n Ratna Ajeng Tejomukti

Sumber :

https://www.stuff.co.nz/national/124787961/ramadan-explained-theres-fasting-spiritual-detox-and-religious-observance-but-also-memes-and-community