REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyampaikan bahwa puasa itu setengah sabar, sabar itu setengah iman. Imam Al-Ghazali menyampaikan ini dengan mengacu ke sabda Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah bersabda: Ash-shaumu nishfush-shabri. Artinya, puasa itu setengah sabar. Sabda Nabi ini dirawikan At Tirmidzi dari seorang laki-laki suku Bani Salim dan Ibnu Majah dari Abi Hurairah.
Rasulullah bersabda: Ash-shaumu nishful iimaan. Artinya, sabar itu setengah iman. Sabda Nabi ini dirawikan Abu Na'im dari Ibnu Mas'ud dengan sanad baik.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin juga disampaikan bahwa puasa memperoleh kedudukan yang istimewa dengan disandarkan kepada Allah SWT, bila dibandingkan dengan rukun-rukun Islam lainnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Az-Zumar ayat 10.
Artinya, sesungguhnya hanya orang-orang yang berhati teguh (bersabarlah) itu akan dibayar pahalanya dengan tiada terbatas (Surah Az-Zumar ayat 10).
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, puasa itu adalah setengah sabar. Maka pahalanya melampaui hukum penentuan dan perhitungan.
Rasulullah bersabda: Demi Allah yang jiwaku di dalam tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari bau kesturi. Allah SWT berfirman, sesungguhnya orang yang berpuasa itu meninggalkan hawa nafsu, makanan dan minuman karena-Ku. Maka puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. (Dirawikan Al Bukhari dan Muslim sebagian dari hadis yang lalu).