REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam bahasa Arab, barakah berarti 'kebaikan' atau 'kebajikan.' Menurut pakar tafsir, al-Ashfahani, sesuatu dapat disebut sebagai berkah (mubarak) bila di dalamnya terkandung kebaikan yang banyak.
Allah menyebut air hujan sebagai sesuatu yang mendatangkan kebaikan (QS Qaf: 9). Sebab, air itu dapat menyuburkan tanah dan menumbuhkan berbagai tanaman yang amat berguna bagi manusia (QS al-Hajj, 63).
Dalam bahasa Arab, kolam atau tempat penampungan air dinamai birkah--yang akar katanya sama dengan barakah--karena manfaat dan kebaikan yang dihasilkannya (al-Mufradat fi Gharib al-Quran, hlm 44).
Dalam pengertian ini, Ramadhan sungguh diberkati dan mengandung kebaikan yang tak terhingga banyaknya. Pasalnya, dalam bulan ini, seperti disebut dalam hadis sahih, Allah SWT banyak menurunkan rahmat, memberikan pengampunan (maghfirah), dan menghadirkan jaminan atau pembebasan manusia dari api neraka.
Dikatakan pula, bahwa Allah menutup pintu neraka, membelenggu setan, dan membuka lebar-lebar pintu-pintu surga. Di samping itu, pahala ibadah dan amal saleh dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat. Ramadhan sungguh diberkati!
Keberkahan lain ialah karena di bulan ini, Alquran untuk pertama kalinya diturunkan. Alquran itu sendiri disebut oleh Allah sebagai kitab yang di dalamnya terkandung peringatan dan keberkahan (QS al-Anbiya': 50).
Malam yang di dalamnya Alquran diturunkan disebut oleh Allah sebagai malam yang diberkati, lailatin mubarakah (QS al-Dukhan: 3). Pendeknya, Ramadhan adalah bulan yang serba berkah, yang di dalamnya berlimpah berbagai keberkahan.
Keberkahan itu sendiri, menurut pemikir kontemporer Rasyid Ridha, terdapat dua macam. Pertama, keberkahan yang bersifat fisik, seperti air hujan tadi, rezeki, kesehatan jasmani, serta semua sarana dan prasarana yang dapat mengantar seseorang meraih kebahagiaan.
Kedua, keberkahan non-fisik, seperti turunnya wahyu, iluminasi, intuisi, dan pencerahan rohani yang dapat membawa manusia memperoleh kesempurnaan. Keberkahan dengan kedua kategori ini, tampaknya tercakup dalam keberkahan Ramadhan itu.
Menurut Ridha, keberkahan dapat diperoleh dengan iman dan takwa. Sebab, Alquran kerap mengaitkan keberkahan itu dengan iman dan takwa.
Sebagai contoh, pernyataan Allah berikut ini: "Sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi" (QS al-A'raf: 96).
Ini mengandung arti, iman dan takwa merupakan jalan yang dapat mengantar kita meraih berbagai kebajikan itu.
Dalam hal ini, ibadah puasa yang kita lakukan sepanjang Ramadhan harus mampu memberdayakan iman dan takwa kita. Sebab, hanya dengan itu, kita dapat mengakses dan menggapai berbagai keberkahan.