REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Memasuki bulan Ramadhan, dunia menuju fase baru dalam krisis virus korona baru atau Covid-19 sebab sejumlah negara melonggarkan lockdown. Namun, sejumlah negara lain banyak yang memperpanjang lockdown guna mengekang penyebaran virus terlebih di bulan Ramadhan.
Makanan tradisional Ramadhan, makan bersama fakir miskin, hingga buka puasa bersama dengan teman dan keluarga di bulan puasa kali ini batal. Ibadah tarawih banyak yang dianjurkan untuk di rumah saja guna mencegah penularan virus.
Setidaknya 1,8 miliar umat Muslim di dunia harus berhadapan dengan kenyataan yang berbeda dari banyak hal yang membuat bulan ini istimewa. Namun demikian, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak umat Islam fokus pada musuh bersama, yaitu virus yang saat ini tengah mewabah di hampir seluruh dunia.
Pelonggaran lockdown di beberapa negara kemungkinan akan memicu penyebaran virus yang lebih masif, terlebih jika ibadah secara bersama-sama dilakukan. Guterres mengulangi seruannya untuk gencatan senjata untuk semua konflik yang ada.
Guterres juga mendesak negara-negara memberikan bantuan yang adil kepada semua orang. Menurutnya, pandemi Covid-19 adalah krisis kesehatan manusia yang dengan cepat bisa menjadi krisis hak asasi manusia (HAM).
"Beberapa pemimpin menggunakan krisis sebagai dalih untuk tindakan represif. Pesannya jelas: Orang, dan hak mereka, harus di depan dan di tengah," ujar Guterres, Kamis (23/4).
PBB juga sebelumya telah memperingatkan puluhan juta orang berisiko kelaparan karena virus korona. Wabah belalang di Afrika dan gangguan lainnya mencegah makanan mencapai populasi dunia yang paling rentan di tempat-tempat seperti Yaman dan Sudan Selatan.