REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesialis Patologi Klinik dari Univeristas Gajah Mada, ustadz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK mengungkapkan cara agar tetap sehat menjalankan puasa di tengah pandemi covid-19, yakni dengan mengikuti sunnah nabi, makan sahur dan menyegerakan waktu berbuka. Hal tersebut disampaikan melalui kajian secara daring lewat Facebook Laman Yufid pada Kamis (23/4).
"Apabila melaksanakan puasa sesuai dengan sunnah insya Allah akan menyehatkan. Banyak penelitian mengenai puasa ini benar-benar menyehatkan tubuh dan memberikan manfaat bagi tubuh, namanya intermittent fasting banyak manfaat secara medis," kata dr. Rehanul.
Ia mengatakan, untuk makan sahur dan berbuka sesuai dengan sunnah nabi yakni dengan mengonsumsi kurma. "Sebaik-baik sahurnya orang mukmin adalah kurma." (HR Abu Daud)
Selain itu, ada hadits nabi yang menyatakan bahwa Nabi juga mengonsumsi kurma saat berbuka. "Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air." (HR Abu Dawud)
"Kurma ini kandungan glukosanya tinggi dengan susunannya monoglukosa, 'mono' ini langsung diserap oleh tubuh. Berbeda kalau nasi polisakarida, ikatannya banyak, perlu dicerna ada enzim-enzim. Kalau kurma ini langsung diserap dan gantikan energi yang telah dipakai," ucap Raehanul.
dr Raehanul meminta agar orang-orang tidak meremehkan makan sahur, yakni mereka yang memiliki kepercayaan diri tetap kuat menjalankan puasa tanpa sahur. Padahal makan sahur juga termasuk sunnah dan menyehatkan, selain itu juga terdapat berkah di dalamnya.
Dalam hadits riwayat Bukhari dan muslim disebutkan, "Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan". Ia menjelaskan, secara penelitian medis, saat makan sahur ada keajaiban di dalamnya, ketika sahur maka seseorang akan berniat, kemudian otak menyiapkan tubuh untuk berpuasa selama 14 jam. Otak juga akan memerintahkan semua organ tubuh untuk berpuasa.
"Otak memerintahkan kalian semua tidak mendapatkan makanan, otak perintahkan lambung mengontrol asam lambung. Meskipun ada yang makan hanya beberapa kurma dan minum yang banyak dia kuat menjalankan puasa," ucapnya.
Selain itu saat berbuka puasa juga umat islam diminta untuk segera dalam berbuka. Mereka tidak boleh menundanya, bahkan hingga dua jam lagi karena ada sunnah untuk menyegerakan waktu berbuka. Disebutkan dalam Al Fath, "Sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling cepat dalam berbuka puasa dan paling lambat dalam makan sahur".
"Segera berbuka untuk menggantikan energi yang hilang, kemudian sahur mendekati waktu subuh karena ini akan memendekkan saat perut kosong," kata dia.
Di samping itu, dr. Raehanul menyampaikan, puasa ramadhan tidak akan menurunkan imunitas tubuh terlebih di masa pandemi covid-19 (virus corona), sehingga ini tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak berpuasa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengeluarkan panduan terkait puasa bagi kaum muslimin yang disusun oleh para ilmuwan islam.
Salah satu yang ditulis yakni berdasarkan panduan WHO, tidak ada bahaya atau risiko terkait dengan puasa dan bisa akan mudah terkena covid-19. Ada yang menyebutkan puasa akan membuat imunitas tubuh turun dan mudah terinfeksi, ini merupakan pernyataan yang tidak dibenarkan. Padahal faktanya puasa menyehatkan tubuh, asalkan dengan cara yang benar dan sehat, makan sahur, menyegerakan berbuka, dan tidur yang cukup
"Ringkasnya selama ramadhan dan di tengah pandemi kita tetap berpuasa, insyaallah akan bermanfat bagi tubuh. Terlebih lagi yang menjadi kaum rebahan, ga capek, maka tetap puasa," kata dia.