REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis), Ustadz Jeje Zaenudin mengatakan, di tengah pandemi Covid-19 ibadah di bulan suci Ramadhan dapat dilakukan lebih khusyuk bagi umat islam.
"Harus lebih khusyuk, dan lebih sungguh-sungguh lagi berpuasa lahir batin. Bukan alasan bermalasan, apalagi meninggalkan puasa, karena ritual puasa berikut tarawih dan tadarus memang lebih utama di rumah bersama keluarga," kata Jeje, Ahad (19/4).
Ia mengungkapkan, menyambut Ramadhan dalam suasana pembatasan aktivitas karena Covid-19 memang memberikan nuansa yang cukup mengharukan. Terutama dari aspek kultur masyarakat Muslim Indonesia dengan berbagai kegiatan sosial menjelang dan saat mengisi bulan ramadhan.
Biasanya masyarakat memiliki kebiasaan seperti berkumpul dengan keluarga untuk acara munggahan beberapa hari sebelum Ramadhan. Selain itu juga berkumpul untuk makan sahur dan buka puasa bersama pada hari-hari pertama puasa.
Di samping itu, umat Muslim kerap mengisi malam ramadhan dengan shalat tarawih dan tadarus di Masjid, takjil dan buka puasa bersama. Namun, suasana kekerabatan dan persaudaraan itu kemungkinan tidak dapat dijalin selama Ramadhan tahun ini atau kegiatannya akan lebih dibatasi.
"Semua itu memang bukan masalah substansi dalam menjalani puasa Ramadhan, namun membangun tradisi sosial yang ramah dan penuh persahabatan. Secara substansial, ibadah puasa memang sangat pribadi. karena ia adalah hubungan intim dan rahasia seorang hamba dengan Tuhannya," ucap Jeje.
Ustadz Jeje mengungkapkan, dalam hadits qudsi disebutkan Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Semua amalan anak Adam adalah miliknya, kecuali puasa. Karena puasa itu milik-Ku...."
"Yang tahu siapa berpuasa hanyalah Allah. begitu pula yang Mahatahu siapa yang ikhlas dan benar puasanya diantara hamba-hambanya hanyalah Dia. sebagaimana Dia juga Yang Mahatahu apa motivasi yang mendorong seseorang berpuasa atau pun tidak," kata dia.
Ia mengatakan, dalam suasana yang prihatin dan duka nasional, bahkan dunia dengan wabah Covid-19 ini, merupakan momentum yang paling tepat untuk menjalankan puasa dengan lebih bermakna, dan penuh penghayatan. Manusia tidak punya daya dan kuasa apapun selain pertolongan dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Puasa Ramadhan kali ini menjadi begitu berarti, dan dapat dijadikan kesempatan bertobat bagi umat manusia sedunia. Mereka dapat berhenti dari segala aktivitas dunia, terlebih lagi dari dosa dan kejahatan.
"Biarlah alam semesta beristirahat dari hiruk-pikuk kebisingan dan segala kerusakan yang diciptakan manusia demi kesenangan syahwat mereka. Biarlah alam semesta memperbaiki semua kerusakan yang telah ditimbulkan oleh keserakahan nafsu manusia. Itu juga memberi makna puasa dalam pengertian secara luas," kata Ustadz Jeje.