Jelang Ramadhan, Suasana Muram Kian Terasa di Palestina

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah

Sabtu 18 Apr 2020 05:17 WIB

Jelang Ramadhan, Suasana Muram Kian Terasa di Palestina. Wanita Palestina melihat-lihat lentera di sebuah toko di Tepi Barat, Palestina, sebagai persiapan menyambut Ramadhan. Foto:

Jelang Ramadhan, Suasana Muram Kian Terasa di Palestina

Ia bercerita, biasanya jalan-jalan di Kota Tua sepanjang tahun ini dipenuhi oleh orang-orang Palestina dari seluruh penjuru negeri serta Muslim dari seluruh dunia. Mereka datang ke Yerusalem untuk menghabiskan Ramadhan di tempat suci itu. Namun, kata dia, kini kota itu seperti kota hantu.

Selain itu, ia dan teman-temannya biasanya berkumpul di halaman yang luas dan halaman di sekitar masjid Al-Aqsa. Di Kota Tua itu, Daya mengatakan rumah mereka benar-benar kecil dan penuh sesak. Karena itu, mereka kerap berkumpul bersama di kompleks Al-Aqsa dan berkumpul setelah shalat tarawih selesai.

"Tapi sekarang karena virus corona kita tidak akan bisa melakukan itu. Sangat menyedihkan," katanya.

Selain perbedaan dalam beribadah di masjid, wabah virus corona juga memaksa warga Palestina menyesuaikan kebiasaan budaya dan sosial mereka selama Ramadhan ini. Seorang pemilik toko roti dari Bethlehem, Waleed Da'na, mengungkapkan Ramadhan tahun ini bisa dikatakan akan berbeda karena kurangnya orang-orang yang membuat dan membeli qatayef.

Qatayef merupakan makanan yang populer di Palestina saat Ramadhan. Pancake manis yang dilipat dan diisi dengan krim atau kacang kenari berbumbu ini menjadi hidangan penutup saat Ramadhan. Biasanya, pelanggan baik itu Muslim atau pun Kristen menanti sepanjang tahun untuk bisa menikmati hidangan manis khusus Ramadhan ini.

"Biasanya Anda dapat mencium bau qatayef selama ini, tepat sebelum Ramadhan, bertebaran di jalan-jalan. Tetapi karena semua orang diam di dalam rumah, kami hampir tidak mendapatkan pelanggan," kata Da'na.

photo
Bocah Palestina merayakan kehadiran Ramadhan dengan mengarak lentera di Jalur Gaza, Palestina. - (EPA/Mohammed Saber)

Pria berusia 53 tahun ini mengatakan, Ramadhan merupakan bulan yang istimewa dalam cara mereka melakukan berbagai hal di Palestina. Namun, ia benar-benar merasakan tahun ini akan berbeda.

Menurutnya, Ramadhan bukan hanya momen untuk berdoa dan beribadah, tetapi juga momen bagi orang-orang berkumpul dan duduk bersama. Mereka biasa berbagi makanan dan bercerita bersama saat berbuka puasa.

Kendati mereka harus menjalani di tengah keadaan yang sulit ini, namun warga Palestina berharap mereka akan tetap memanfaatkan bulan suci Ramadhan bersama-sama dan mencoba menikmatinya sebaik mungkin.

 

"Bahkan jika orang-orang merayakan sendirian di rumah mereka, saya berharap mereka menjalani Ramadhan yang bahagia dan berkah," ujarnya.

 

Terpopuler