Ramadhan adalah waktu untuk berdoa, introspeksi, dan beramal. Biasanya, ini juga waktu untuk keluarga, teman, dan pesta meriah.Tahun ini, ada indikasi wabah ini akan mempengaruhi banyak ritual tercinta. Banyak Muslim berdoa agar pandemi corona berakhir.
Apalagi virus ini telah mengganggu ibadah Islam di seluruh dunia. Penutupan masjid dan modifikasi adzan untuk sholat yang mendesak umat beriman untuk sholat di rumah telah meninggalkan banyak perasaan emosional. Mereka mengandalkan ibadah di rumah dan kelas agama daring. Tahun ini, beberapa berencana berbuka puasa antaragama secara virtual.
Imam yang berbasis di Texas, Omar Suleiman, mengatakan masjid kosong adalah alasan untuk refleksi. "Bagaimana kita membangun diri kita agar lebih terhubung dengan-Nya?" tanya Suleiman, yang telah melakukan streaming khutbah virtual dan refleksi malam kepada lebih dari 1,4 juta pengikut Facebook.
"Sekarang kami memiliki kesempatan mengembangkan empati dengan mereka yang belum memiliki akses ke ruang keagamaan mereka karena keadaan yang tertekan ini," katanya.
Malaysia, Brunei, dan Singapura telah melarang pasar Ramadhan yang populer di mana para pedagang asongan menjual makanan dan minuman di tempat terbuka yang padat atau kios-kios pinggir jalan. Di Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim, vendor sekarang berencana berjualan daring melalui aplikasi seluler atau platform digital yang disediakan oleh otoritas lokal selama bulan puasa.
Mohamad Fadhil, seorang pedagang di negara bagian selatan Malaysia, mengatakan ia mengundurkan diri karena tidak dapat melakukan bisnis di pasar Ramadhan atau melakukan sholat tarawih di masjid. "Kami hanya harus bersabar dan mengikuti perintah," kata dia.
Di Iran, yang menderita salah satu wabah terburuk di dunia, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyarankan pertemuan massal dilarang selama bulan suci. "Ingatlah untuk mengindahkan doa dan renunganmu dalam kesendirianmu," kata dia.