Ketika Pandemi Covid-19 Berdampak pada Ramadhan Dunia Islam

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nashih Nashrullah

Kamis 09 Apr 2020 18:21 WIB

Pandemi global Covid-19 akan berdampak pada kebiasaan Ramadhan dunia Islam. Muslim di Jeddah, Arab Saudi, berbuka puasa Ramadhan bersama-sama. (ilustrasi) Foto: Reuters Pandemi global Covid-19 akan berdampak pada kebiasaan Ramadhan dunia Islam. Muslim di Jeddah, Arab Saudi, berbuka puasa Ramadhan bersama-sama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Ritual Ramadhan diperkirakan akan dimulai pada 23 April dan berlangsung selama satu bulan. Tetapi pandemi Covid-19 memaksa pertemuan massa, perayaan, dan ziarah, diubah atau dibatalkan. 

Tidak hanya di Indonesia, omunitas-komunitas keagamaan di dunia harus mengambil langkah berbeda yang memengaruhi kehidupan sehari-hari. Dengan Ramadhan sudah dekat, segala sesuatu mungkin terlihat sangat berbeda bagi Muslim Inggris.

Baca Juga

Pemerintah mengeluarkan edaran untuk menutup Masjid. Ini berarti pertemuan dalam jumlah besar orang dilarang, dan berakibat tidak ada doa atau ibadah bersama untuk saat ini.

Ramadhan menjadi periode panjang ibadah dan pengabdian kepada Allah bagi umat Muslim. Bulan ini memperingati Alquran yang pertama kali diungkapkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Iftar, yang berarti "berbuka puasa", secara tradisional dimaknai dengan makan bersama dengan keluarga besar dan teman-teman. Beberapa masjid di seluruh Inggris biasanya memasak makanan setiap malam bagi komunitas berbuka puasa.

Namun, pembatasan karantina wilayah membuat kebiasaan ini menjadi tidak mungkin dilakukan. Masyarakat harus menemukan cara yang berbeda untuk iftar kali ini.

Proyek Ramadhan Tent akan mengadakan iftar virtual pada hari pertama Ramadhan. Kegiatan ini akan berlanjut sepanjang bulan.

Siaran langsung untuk berdoa akan dilakukan setiap hari. Tim ini juga mengirimkan paket kepada orang-orang untuk menciptakan pengalaman berbuka puasa yang sempurna.  

Di Inggris dan di seluruh dunia, masjid telah ditutup karena wabah Covid-19. Biasanya, selama bulan Ramadhan, doa panjang yang disebut tarawih berlangsung setiap malam. Masjid-masjid yang biasa penuh sesak sepanjang bulan, kini harus memikirkan kembali rencana tersebut.  

Dewan Muslim Inggris (MCB) mengatakan harus ada penangguhan segera layanan ibadah jika wabah terus meningkat seperti yang diproyeksikan. 

Di Mesir, semua pertemuan keagamaan publik telah dilarang selama Ramadhan. Semua masjid dan gereja tertutup untuk jamaah. Sebaliknya, panggilan doa disiarkan melalui pengeras suara. 

Di AS, beberapa masjid akan melakukan siaran langsung untuk shalat tarawih. Sementara di Kuwait, umat Muslim didorong untuk beribadah di rumah.

Tidak hanya mempengaruhi iftar dan sholat tarawih, pandemi global ini juga berpengaruh pada ibadah puasa. Puasa selama Ramadhan adalah wajib, meskipun terdapat pengecualian untuk beberapa alasan, termasuk untuk anak-anak, wanita hamil, dan orang tua. Tahun ini, diperkirakan akan ada lebih banyak orang sakit yang tidak dapat berpartisipasi dalam puasa. 

Ada panduan yang memungkinkan anak-anak, wanita hamil, orang tua, dan orang yang sakit tidak berpuasa selama sebulan. Tentu, ini berarti mereka yang menderita terkonfirmasi Covid-19 tidak akan ikut serta dalam puasa. 

Dengan sekolah-sekolah yang terpaksa ditutup dan orang-orang yang bekerja dari rumah, sebenarnya dapat menguntungkan mereka yang berpuasa. Seorang wali di Masjid Pusat Cambridge, Shahida Rahman menyebut, salah satu kegembiraan puasa selama karantina wilayah adalah bisa melakukannya dari rumah .

"Sulit bekerja sambil berpuasa, tetapi kini saya akan berada di rumah yang membuat nyaman. Saya bisa santai dan tetap sibuk," ujarnya dikutip di Mirror, Kamis (9/4). Jauh dari kelelahan dan godaan kantor saat bekerja, Rahman dapat memulai hari dengan damai.  

Yang berdampak berikutnya selama masa pandemi ini adalah perayaan Idul Fitri. Idul Fitri merupakan perayaan besar di akhir Ramadhan, di mana seluruh keluarga biasanya berkumpul untuk merayakan pencapaian bulan itu.

Secara tradisional, perayaan ini dilakukan dengan pertemuan besar, pesta, dan keluarga yang saling mengunjungi.  

Meski alternatif ibadah telah direncanakan, Idul Fitri biasanya kita akan melihat jutaan Muslim berada di luar rumah dan merayakan.  

Perayaan Idul Fitri terbesar di Eropa diadakan di Birmingham. Sekitar 60 ribu orang berkumpul di taman Small Heath. 

Kepala Masjid Green Lane dan Pusat Komunitas, Kamran Hussain, mengatakan membutuhkan rasa optimis yang besar untuk berasumsi kebiasaan-kebiasaan saat Idul Fitri bisa terjadi dalam beberapa bulan ke depan.  

Pembatasan dan karantina wilayah memungkinkan perayaan akan dijaga agar tetap minimum. Untuk pertama kalinya, banyak umat Muslim lanjut usia berada di rumah sendirian selama akhir Ramadhan. 

Ramadhan juga menjadi waktu untuk membantu mereka yang kurang beruntung. Acara penggalangan dana menjadi salah satu cara untuk menunjukkan kebaikan sepanjang bulan.  

Menurut Muslim Charities Forum (MCF), Muslim Inggris menyumbangkan setidaknya 130 juta Poundsterling atau 2,6 triliun rupiah untuk kegiatan amal selama sebulan. 

Di tahun-tahun sebelumnya, para relawan akan mengemas kantung makanan bagi mereka yang kurang beruntung. 

Tetapi kekurangan makanan di seluruh dunia karena pandemi Covid-18 membuat banyak keluarga menderita. Tahun ini, setiap penggalangan dana dilakukan melalui situs-situs donasi daring. 

Pada Ramadhan, biasanya jutaan orang melakukan perjalanan ke kota suci Makkah di Arab Saudi. Tetapi pandemi membuat karantina diberlakukan. MasjidAl Haram ditutup sementara pada bulan Maret untuk pembersihan, membantu memerangi penyebaran penyakit.  

Masjid itu telah dibuka kembali, tetapi dengan aturan yang ketat. Masih belum jelas apakah Arab Saudi akan memungkinkan peziarah melanjutkan perjalanan umrah di tengah pandemi.  

Ibadah haji, terjadi di Makkah pada bulan Juli, dengan sekitar dua juta umat Muslim menuju kota suci ini. Tapi kondisi saat membuat Arab Saudi meminta Muslim menunda pemesanan atau karena ketidakpastian seputar Covid-19.