Karyadi bersyukur karena mendapatkan pinjaman uang dari saudaranya untuk menambah uang muka kredit sepeda motor sehingga dapat mudik ke kampung halamannya.
"Saudara saya merasa kasihan dengan kami karena tidak pernah pulang kampung sejak lima tahun. Saya dan istri pun puas dapat bertemu keluarga meskipun berbekal Rp 700 ribu sisa uang kontrakan," kata pemudik yang sudah empat kali beristirahat sepanjang Indramayu-Karawang itu.
Meskipun sadar risiko berkendara sepeda motor untuk perjalanan jarak jauh, Karyadi mengatakan keinginan untuk bertemu keluarga dan sekadar memberikan selembaran uang Rp 20 ribu kepada keponakan-keponakannya mengalahkan rasa khawatir selama perjalanan bolak-balik Jakarta-Indramayu.
"Saya menitipkan anak kami ke tetangga yang juga akan kembali ke Jakarta dengan bajaj. Kebetulan tadi kami papasan di jalan," kata pria yang baru dikaruniai putra setelah delapan tahun menikah itu.
Karyadi pun gembira sepanjang perjalanan arus balik ke Pulogadung walau berbekal oleh-oleh beras lima liter dan sekantong ikan asin dari Indramayu.
"Tentu saya memilih mencari nafkah di kampung sendiri dibanding harus berdesak-desakan di Jakarta. Tapi, lapangan pekerjaan di Indramayu tidak banyak. Saya hanya bersyukur karena badan masih sehat. Kalau ada rezeki, saya ingin membuka usaha di kampung," kata Karyadi yang akan kembali melintasi jalur-jalur arteri utara Jawa Barat bersama istrinya, Mursiah.
Berbeda dengan Agus maupun Karyadi, Jumalih mengaku terpaksa berkendara roda dua mudik ke Kuningan, Jawa Barat, bersama anak dan istrinya.
"Lebih lancar pakai sepeda motor dibanding kendaraan umum yang sering terjebak macet. Tentunya, ongkos perjalanan kami juga lebih hemat," kata pria berusia 35 tahun itu.
Jumalih menempuh perjalanan sepanjang 240 kilometer bersama keluarganya menuju Bekasi Timur.
Dia mengaku telah empat kali beristirahat sejak berangkat dari Kuningan sekitar pukul 09.00 WIB hingga sampai Karawang sekitar pukul 16.00 WIB itu.
"Mungkin kami akan beristirahat satu kali lagi di sekitar Karawang Barat dan sampai di Bekasi sekitar pukul 19.00 WIB," ujar pekerja kantoran di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat itu.
Jumalih mengaku setiap tahun pulang ke kampung halaman istrinya di Kuningan dengan sepeda motor dan berharap pada musim libur Lebaran tahun berikutnya dapat menyewa mobil bersama saudara atau tetangga sekampung.
Mata yang memerah akibat debu jalanan seakan tidak menggangggu Jumalih untuk memastikan sepeda motornya tidak melewati lubang-lubang jalan demi keselamatan keluarga.
"Tantangan berkendara bersama anak dan istri tentu lebih besar. Saya hanya berusaha tidak terlalu kencang mengendarai sepeda motor dan memilih berhenti jika kelelahan," ujar pemudik yang juga membawa serta tiga tas ukuran sedang.
Baik Agus, Karyadi, maupun Jumalih sama-sama mempunyai alasan lokasi kampung halaman mereka yang masih berada di wilayah Jabar masih memungkinkan untuk ditempuh dengan sepeda motor.