Cerita Lebaran dari Warga Puing Kampung Akuarium

Red: Ilham Tirta

Senin 26 Jun 2017 04:10 WIB

Warga beraktivitas di Kampung Akuarium, Jakarta, Jumat (5/5). Foto:

Menjelang Lebaran, ibu-ibu yang masih tinggal di kawasan Kampung Akuarium beramai-ramai mengolah penganan untuk dinikmati bersama oleh warga saat hari raya. "Biasanya ibu-ibu masak bareng-bareng, biarpun cuma semacam atau dua macam makanan yang penting bisa makan ketupat ramai-ramai," kata Tarmin.

Ketupat, opor ayam, sayur nangka, atau sayur labu, adalah hidangan yang disajikan untuk dimakan bersama usai shalat Id.

Tarmin bercerita, ia terpaksa pindah ke rumah susun Marunda, karena pekerjaannya sebagai penjahit membutuhkan pasokan listrik yang stabil untuk menghidupkan mesin jahitnya. "Di sini kan suka tiba-tiba mati listriknya," katanya.

Berbeda dengan Tarmin, Efendi (58), masih bertahan di Kampung Akuarium dengan gubuk berukuran kira-kira 20 meter persegi yang dia bangun di atas bekas rumahnya dahulu. Tempat tinggal Efendi dan empat anggota keluarganya kini hanyalah berupa papan kayu dengan atap terpal biru.

"Saya memang dapat jatah di rumah susun, tapi masa rumah permanen diganti rumah susun yang harus bayar tiap bulan," katanya.

Efendi mengaku enggan membayar sewa Rp 500 ribu setiap bulan untuk bisa tinggal di rumah susun. "Nggak apa Lebaran di rumah bedeng, yang penting rumah sendiri, bukan menyewa," kata Efendi yang memiliki rencana untuk pulang ke kampung halamannya di Banten pada Lebaran hari kedua.

Dia dan keluarganya sempat menempati rumah susun Marunda, namun memilih untuk kembali ke Kampung Akuarium meskipun harus tinggal di bangunan semipermanen. Kondisi tempat tinggal yang terbatas tentu juga memengaruhi pasokan air bersih.

Efendi mengatakan, tidak jarang dia dan istrinya terpaksa membeli air bersih yang dijajakan dengan gerobak demi mendapatkan air bersih layak minum. "Kalau di sini airnya kan bisa dilihat sendiri, paling bisa buat mandi sama nyuci juga sudah bagus," katanya.

Terpopuler