Kisah Dai yang Merintis Pesantren di Lahan Angker

Red: Dwi Murdaningsih

Senin 22 Jun 2015 11:19 WIB

Mahrus Alam Foto:

Tetap Optimistis Berdakwah

Ustaz Mahrus Alam juga pernah ditantang oleh jin untuk beradu ilmu lewat lisan santri atau pembina yang kesurupan. Karena kondisi  seperti ini, para pembina pun banyak yang tak betah tinggal di Pesantren dan lebih memilih tinggal di kota. Tapi, Ustaz Mahrus Salam tetap betahan di situ.

Selain tantangan berupa angkernya lahan pesantren, tantangan juga datang dari masyarakat yang dia dakwahi. Ketika mengawali dakwah, ia dihadapkan dengan penolakan masyarakat. Kehadirannya justru dicurigai sebagai pembawa ajaran baru yang akan mengubah tradisi mistik yang telah berakar di Jazirah Buton.

 “Bila sekarang mereka menolak dakwah itu bukanlah disebabkan karena kebenciannya kepada apa saya dakwahkan ini. Tapi, penolakan itu disebabkan karena ketidatahuan mereka terhadap nilai kebenaran yang terkandung dalam dakwah yang saya bawa ini”, tutur ustadz yang lihai main bola ini.

Dengan sikap optimistis dan kesabaran, dia terus memberi penjelasan kepada umat. Lambat laun sikap umat pun berubah. Yang menolak menjadi menerima. Seruan dakwahnya mulai diterima umat secara luas. Aktivitas dakwahnya pun menjangkau semua kalangan. Tak hanya masyarakat bawah. Tapi juga kalangan pejabat, tokoh masyarakat dan agama. Hingga saat ini, telah berdiri tiga kampus Pondok Pesantren Hidayatullah di Bau-Bau dan kini merambah ke Pasar Wajo dan Buton Utara.

Dari mobilitas dakwahnya yang cukup tinggi, dia pun meraih berkah dari dakwahnya. Pada 2013 silam, ia memperoleh jatah umrah gratis bersama rombongan Gubernur Sulawesi Tenggara H. Nur Alam.

 “Dengan sumber daya manusia dan finansial yang terbatas, tak mungkin kita akan mencapai keberhasilan seperti saat ini kalau bukan semata-mata pertolongan Allah,” katanya.

Terpopuler