REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Sejumlah warga Blitar yang hendak bersilaturahim dengan sanak saudaranya di Kabupaten Tulungagung, lebih memanfaatkan jasa penyeberangan perahu untuk memotong jalur sekaligus menghemat waktu.
Kamis, tampak puluhan warga Desa Kunjang, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, naik kendaraan roda dua kemudian ikut antre menunggu giliran naik perahu menyeberang ke Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung.
Nuna, salah seorang warga yang memanfaatkan jasa penyeberangan perahu itu, mengaku lebih memilih menggunakan jalur air. Ia bisa menghemat waktu dan tenaganya, sehingga tidak sampai lama menempuh perjalanan.
"Biasanya kalau lewat jalur utama bisa sampai satu jam perjalanan, tapi dengan naik perahu ini hanya sekitar 15 menit sampai di lokasi yang dituju, jadi ini membantu sekali untuk menghemat tenaga juga," katanya mengungkapkan.
Selain menghemat tenaga, ia juga mengaku tidak terlalu pusing di perjalanan. Saat Lebaran seperti ini, banyak kendaraan berlalu lalang, baik kendaraan roda dua maupun empat dan macet. Tapi, dengan naik perahu ini, ia bisa santai sampai di keluarga yang ia tuju.
Ongkos yang diberikan, kata dia, juga sangat murah, yaitu hanya Rp2.000 per sepeda motor dan Rp5.000 untuk kendaraan roda empat. Perahu itu juga cukup kuat untuk mengangkut kendaraan roda empat, guna sampai ke lokasi tujuan. Ia saat ini naik sepeda motor, jadi hanya memberikan ongkos Rp2.000 saja.
Nuna juga mengaku, bukan hanya Lebaran memanfaatkan jasa penyeberangan perahu ini. Setiap kali mau ke Tulungagung, ia juga memanfaatkan jasa penyeberangan ini. Terlebih lagi, jasa penyeberangan ini sampai 24 jam, sehingga siap sewaktu-waktu.
"Kalau jasa penyeberangan perahu biasanya 24 jam, tapi kalau sudah malam, saya lebih baik lewat jalur utama, soalnya jalur ke penyeberangan perahu itu sepi," katanya agak khawatir.
Sementara itu, Zaidah, pemilik jasa penyeberangan itu mengaku omzet pendapatannya naik drastis saat Lebaran. Banyak warga yang memanfaatkan perahu untuk menyeberang guna silaturrahim dengan keluarga mereka.
Ia mengaku, setiap hari dapat uang tidak kurang dari Rp500.000, bahkan bisa lebih. Jumlah itu akan dibagi dengan tiga orang rekannya yang juga membantu untuk mengelola perahu itu.
"Walaupun Lebaran, kami tetap membantu warga untuk menyeberang, dan kami buka 24 jam, sampai warga yang hendak menyeberang habis," katanya mengungkapkan.
Ia juga mengatakan, selama ini tidak pernah ada kecelakaan seperti perahu terbalik ketika ia bekerja di jasa penyeberangan perahu miliknya. Walaupun fasilitas keamanan terbatas, ia mengatakan perahu itu masih kokoh dan mampu menampung penumpang, bahkan sampai 15 kendaraan sepeda roda dua.