REPUBLIKA.CO.ID,Saya sendiri biasa menghabiskan waktu menunggu buka puasa dengan “Ngabuburit ala Rusia”. Jalan-jalan di sepanjang jalan Arbatskaya. Kawasan yang bisa disebut Malioboro-nya Moskow ini sangat terkenal terutama bagi para pelancong yang mencari souvenir khas Rusia.
Selain itu di jalanan sepanjang 1,5 km ini kita disuguhi berbagai macam atraksi para seniman jalanan yang menunjukkan kepiawaiannya. Ada lukis wajah, permainan akustik gitar, band on the street, monolog, grafity, orchestra jalanan dan lain-lain. Saya juga biasa berjalan-jalan di Metro, stasiun bawah tanah yang dibangun pada masa Stalin.
Seni arsitektur dan corak ukiran bernuansa realisme sosialis mampu menghipnotis untuk bertamasya ke zaman kejayaan Rusia masa lampau. Beberapa Taman di Moskow seperti Taman Tsaritsino, Victory Park, Taman Kolomenskaya juga menarik menjadi tempat untuk dikunjungi sambil menunggu berbuka puasa.
Taburan bunga berwarna-warni dan danau buatan yang sejuk dipandang bisa melupakan sejenak panas terik saat puasa. Baru setelah waktu mendekati adzan maghrib saya beranjak pergi ke Masjid.
Di Masjid Memorialnaya kaki saya memutuskan untuk melangkah kesana. Masjid yang terletak di dalam kawasan Victory Park dan bertengger di atas Paklonnaya Hill ini merupakan salah satu tempat tertinggi di Moskow. Masjid yang didirikan pada tahun 1997 oleh pemerintah kota Moskow bekerjasama dengan Dewan Mufti Rusia dibangun untuk mengenang para syuhada (pejuang Muslim) yang gugur pada pertempuran Perang Dunia II.
Selain berdiri masjid yang megah ini, di sekitar kawasan juga dibangun Gereja (tempat peribadatan Kristen Ortodoks) dan Sinagog(tempat peribadatan umat Yahudi). Bisa dikatakan kawasan ini merupakan simbol kesatuan semua bangsa sekaligus mengingatkan adanya ikatan kesamaan sejarah perjuangan dari pemeluk agama yang berbeda di Rusia. Di kawasan ini kita bisa melihat rakyat Rusia ingin menunjukan toleransi keberagaman dalam bingkai pluralisme.
Tak terasa adzan Maghrib mulai berkumandang. Para jama’ah di sekitar masjid mulai bergegas untuk segera membatalkan puasa dengan makanan dan minuman ringan seperti finik (kurma) dan chai (teh) yang disediakan oleh takmir masjid .
Baru setelah sholat magrib mereka beranjak menuju “Shater Ramadhan”, sebuah tenda besar didalamnya sudah terhampar berbagai makanan ,minuman dan buah-buahan untuk berbuka. Setelah antri mengambil makanan, mereka duduk berjajar.
Menu berbuka yang disediakan sangatlah beragam, ada plov (nasi goreng ala Rusia didalamnya ada daging kambing atau sapi), salad, laksman (sup didalamnya ada daging sapi dan mie), samsa (roti berbentuk segitiga di dalamnya ada daging), lavash (roti berbentuk lingkaran besar). Sedangkan minuman untuk berbuka biasanya chai (teh), frukti juz(jus buah), atau malako(susu).
Selain itu juga tersedia buah seperti banany(pisang), (arbuz)semangka, (dynya)melon, (apelsiny )jeruk, dan lain-lain.
Sambil menikmati santapan berbuka, kita bisa berbincang dan berkenalan dengan sesama jama’ah muslim dari berbagai negara. Kebetulan di masjid ini kebanyakan jama’ah berasal dari negara bagian Rusia yang mayoritas penduduknya muslim seperti Republik Tatarstan dan Republik Dagestan, selain itu juga beberapa negara pecahan Uni Soviet seperti Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan dan Turkmenistan.
Keadaan sesama perantauan menjadikan kita saling akrab. Kita saling menceritakan kondisi muslim di negara masing-masing. Dan sebagian dari mereka sangat senang bertemu dengan orang Indonesia karena tahu penduduknya mayoritas muslim.
Lezatnya plov dan laksman malam itu semakin menambah kenikmatan obrolan. Ah, tiba-tiba saya jadi teringat saat berbuka bersama sanak saudara di tanah air. Tapi bertemu dengan banyak muslim dari berbagai negara ternyata bisa menjadi pengobat rindu kampung halaman. Bukankah kita dengan sesama muslim lainnya adalah juga saudara?
Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia